[FanFict RF Online] History To Get
Victory! – Beside You, Inside My Heart
Hari sudah sore, langitpun juga telah memerah, suhu di sini makin jatuh
dingin. Kita berlima masih belum selesai dengan misi ini. Karena para Tuncoat
di sini lebih kuat, apalagi Tuncoat Knight dengan bertahannya dan Tuncoat
Champion dengan serangannya yang berhasil meretakkan perisai gw di beberapa
sisi.
“ayo semangat semua!!! Kita masih harus menghabisi 3 Champion dan 2
Knight lagi, semangat!!!” Reva dengan suara menggelegarnya menyemangati kita
Legholast dengan enteng mengayunkan pedangnya melawan para knight.
“TRUSTT!!” “SHINING CUT!!!” dia menarikan pedangnya dengan indah ditambah
skillnya yang dapat melemahkan lawan. Dia memang calon Templar hebat nantinya.
Ga seperti Legolhast yang sendirian, gw dengan Tere, dan Reva dengan
Archie. Kita masing-masing dibagi lagi dalam grup dengan masing-masing 2 orang
di dalamnya. Kita bertugas untuk menghabisi para Tuncoat Knight yang
pertahanannya sangat sulit ditembus. Seperti biasa gw bagian penahan serangan,
tapi kali ini gw harus menahan serangan 3 knight.
“SWARM!!!” “TOXIC BANE!!!” “AQUA BLADE!!!” Tere terus meng-cast attack
forcenya yang kebanyakan attack force area sambil memainkan tongkatnya dengan
indah.
Archie dan Reva juga sedang asyik dengan monsternya masing-masing. Reva
menggunakan Paimonnya untuk menahan serangan dari 2 Knight itu sambil terus
meng-cast attack force. Archie terkadang diserang oleh para Knight, tapi dia
dapat selalu menghindar dengan sempurna, gerakannya sangat cepat.
“Valliand!!!” Tere berteriak ke arah gw. Gw hanya menengok ke arahnya
karena masih konsentrasi dengan 3 Knight ini. “TRANGGG!!” hampir aja pisau
salah satu knight mengenai pundak gw, untung aja masih bisa gw tepis pake
perisai. “VALLIAND!!!” Tere kali ini teriak lebih keras lagi. Gw menengok lagi
ke arahnya, dan Tere memberikan sinyal untuk gw menjauh dari 3 Knight ini.
“SHINING CUT!!!” gw menebas 3 Knight itu dengan 1 skill yang cukup kuat hingga
mementalkan mereka beberapa centi dari gw, setelah itu gw berlari ke arah Tere
dengan secepatnya.
“METEOR!!!!”
Seketika langit-langit gua angin memerah, seketika hawa sekitar menjadi
panas. Dari atas langit-langit yang merah itu munculah sebongkah cahaya. Lalu
turunlah batu-batu besar yang banyak dan sangat panas dengan sangat cepat
menghantam ketiga Knight yang tadi mengejar gw. Mereka mati seketika terkena
meteor panas itu, dan keadaan kembali seperti semula. Tere langsung terkulai
lemas tapi gw berhasil menangkap tubuhnya yang roboh.
“kamu gapapa?” tanya gw
“gapapa kok, cuma energiku aja abis ke serap semua buat ngeluarin force
tadi” balas Tere dengan senyum ranumnya
“Val, bawa Tere ke Markas, kita sebentar lagi selesai kok, nanti kita
susul” Reva memberi perintah
Gw mengangguk, dan membopong tubuh Tere sambil berlari ke arah Portal
Cora dan langsung menuju Markas Cora.
Saat sudah sampai markas, Tere terlihat makin lemas dan menutup matanya.
Gw langsung menuju ke Gedung Perawatan yang ga jauh dari portal. Sampai di sana
Tere diminta untuk di baringkan di ranjang lalu dia dibawa ke sebuah ruangan
oleh para perawat di sana, gw hanya diminta untuk menunggu di luar. Cemas
tingkat Pitboss.
30 menit berlalu, tanpa suara. Resah menunggu kekasih gw, semoga dia baik
aja. Lalu pintu ruangan tempat Tere berada terbuka. Perlahan sesosok dokter
menghampiri gw.
“Kekasihmu baik-baik saja kok. Dia Cuma kehabisan energi. Paling
istirahat satu hari penuh besok dia sudah baik lagi keadaannya” kata-kata dari
dokter itu membuat gw tersenyum. Ternyata Tere baik-baik aja.
“Kalau kamu mau tengok dia, sekarang sudah bisa kok” lanjut dokter itu
sambil mempersilahkan gw masuk.
Gw masuk ke ruangan itu, gw lihat Tere masih terbaring menutup matanya
sambil agak tersenyum. “Cantik” hati gw bergumam. Gw belai lembut rambutnya
yang panjang kecoklatan sambil mengaggumi indahnya makhluk ciptaan DECEM ini.
Gw cium keningnya…
“Haiiiiii…..” serentak Reva, Legholast, dan Archie tiba-tiba muncul dari
balik pintu.
“Ma.. ma.. maaf, kita ga tau, harusnya tadi kita ketuk pintu dulu” Reva
terbata-bata
“e.. e… iya.. ga.. gapapa..” situasi menjadi awkward banget buat kita
Hening…
“oiya, ni kita bawain bunga buat Tere..”
kata Reva memecahkan keheningan menyerahkan sebuket bunga
“iya, makasih ya..”
Sekitar satu jam kita berempat mengobrol lumayan seru, pelan-pelan mata
Tere terbuka, dia terbangun.
“Aku di mana?” tanya Tere pelan
“Kamu di gedung perawatan, tadi abis ngeluarin attack force meteor itu
kamu kan…”
“oh iya-iya aku inget..” perkataan gw dipotong ama Tere sambil menaruh
jari telunjuknya ke mulut gw. Ngeselin.
Reva dan Archie langsung memeluk Tere.
“Gw kapan dipeluknya?” kata gw sambil bercanda
“Yang..” Tere memanggil
“Kenapa?”
Tere mengambil tongkatnya, lalu “PAKKKK” memukul kepala gw menggunakan
bagian ujung bawah tongkat.
“Aduh, sakit tau yang..” gw mengusap kepala gw yang melahirkan benjol
kecil akibat hantaman tongkat Tere tadi
“Lagian si…” Tere langsung pasang muka jutek
Gw di ketawain satu ruangan. Malu.
Kita berbincang seru banget, mulai dari tadi di Gua Angin hampir aja
selangkangannya Legholast kena tusuk pedang Tuncoat Champion, sampai si Archie
yang kisah cintanya berakhir tragis, karena ditinggal sang kekasih pas lagi
tunangan. Untung ruangan di sini semuanya di desain 1 pasien per ruangan, jadi
kita ga merasa mengganggu pasien lain jika sedang mengobrol asik.
Ga kerasa hari udah larut malam. Reva, Legholast, dan Archie pamit buat
pulang. Gw juga sekalian mau keluar buat nyari makan sebentar. Setelah minta
izin sama Tere dan diperbolehin, gw menyusul rombongan mereka yang udah lebih
dulu ninggalin ruangan.
“Hoy… ada yang mau ikut makan ga?” gw menepuk pundak Legholast dari
belakang
“Boleh deh” Legholast langsung setuju
“Hmmm… Ayuk deh” Archie juga mengangguk
“Rev, mau ikut juga ga?” tanya gw ke Revana
“Emm… aku ga bisa, maaf ya…” Revana langsung berlari meninggalkan kita
“Aneh…” Archie agak kebingungan
“Dia emang suka gitu… yaudah, kita ke kedai KakekTua aja, gimana?” ajak
gw
“Yok…” mereka menjawab dengan kompak
Gatau mungkin karena laper banget atau gimana, gw ngerasa cepet banget
perjalanan ke kedai ini. Sampai di sana, seperti biasa, sambutan hangat ala
KakekTua.
“Heiii… udah lama ini cucu kakek ga ke sini, kemana aja kamu? Ahhh
mentang-mentang udah ada yang ngurusin sekarang jarang ke sini lagi…” KakekTua
memeluk gw
“Haha iya nih, tapi baru calon, kek”
“Wah wah, hebat. Nanti kalo nikah beneran, undang kakek jangan lupa..”
“iya kek, sip.. tenang aja…”
“yaudah-yaudah, kalo gitu duduk dulu, teman-temannya ajak juga duduk
sini.. kalian boleh bayar setengah harga nanti, anggap saja hadiah reunian…”
KakekTua emang baik sama gw, semenjak gw kecil dan ditinggal oleh kedua
orang tua gw, saat itu gw bekerja di sini dan sebagai imbalannya yaitu makan 3x
sehari, sampai akhirnya gw memutuskan untuk masuk akademi dan menjadi prajurit
cora dan berhenti kerja di sini. Tapi gw tetep sering pergi ke sini sepulang
dari akademi, dia gw anggap sebagai orang tua gw sendiri.
Gw di situ ga lama, karena gw milih buat ngebungkus makanan aja. Jadi
sekalian makan juga sekalian nemenin Tere. Tapi Legholast sama Archie gw
tinggal di sana, kayaknya mereka asik banget.
Sampai lagi di ruangannya Tere udah hampir tengah malam, Tere juga udah
tidur daritadi kayaknya. Gw makan makanan yang gw beli dari kedai KakekTua
ditemani dengan tayangan TV yang agak boring, mungkin karena acara tengah malam
juga, sambil nemenin Tere tidur. Abis makan, gw langsung tidur karena acara TV
ga mendungkung gw untuk terjaga sepanjang malam. Gw tidur terduduk di kursi
sambil memegang tangan Tere, dan ga lupa juga untuk mencium kening Tere sebelum
tidur.
*Sementara itu di Bellato Union
Thorn Side
“Malam yang indah…” gw menerawang langit malam dari dekat Tebing Angin
dekat Markas Bellato Union. Udah lama semenjak gw diculik oleh makhluk asing
itu, gw ga merasakan angin malam sesejuk ini.
“Heiii…”
“EHH!!!..” gw kaget
“Haha… emangnya gw hantu apa? Ngapain di sini malem-malem? Ngelamun pula”
sesosok wanita membuyarkan lamunan gw
“Ee… ee… e.. Enggak ngapa-ngapain kok…”
“Haha.. gw duduk di sini boleh?”
“Boleh…”
Gw yang asli dengan gw yang sedang dalam medan tempur beda banget. Gw
yang asli adalah seorang yang pemalu, tapi gw yang dalam medan tempur berbeda
180o dengan ini. Di malam itu tanpa berkata, kita menikmati malam
yang indah berdua dalam sunyi. Sesekali dengkuran monster indah menghiasi malam
yang cerah dengan bulan bergantung dilangit ditambal dengan cahaya bintang
berkelap-kelip seperti lampu MAU yang siap tempur. Duduk di samping seorang
pemimpin bangsa di bawah malam seperti ini adalah langka, yang biasanya kita
tempur bersama, tapi saat ini kita duduk bersama dalam ketenangan.
Dalam heningnya malam berdua, tanpa tau angin apa, Aurora berdiri dan
meninggalkan gw sendiri. Belum berapa jauh iya melangkah, langkahnya kemudian
terhenti…
“Oiya, besok pagiada tugas penting, temuin gw di Terminal MAU, dan jangan
sampai telat!” teriak Aurora
“Oke!” gw mengacungkan jempol gw ke langit tanda siap
Sekelebat bayangan hilang sudah pandangannya dari mata gw ditelan malam.
Sepeninggal dia gw bergegas untuk pulang ke rumah untuk istirahat. Dengan cepat
gw berlari ke rumah, dan tidak lama gw telah berada di depan rumah gw. Rumah
yang gw rindukan. Telah sampai di kamar gw langsung melompat ke arah kasur. “HAPP!!”
satu lompatan ke kasur gw langsung berbaring dan memeluk bantal guling. Gw terlelap
dalam indahnya dilema empuknya kasur lama.
No comments:
Post a Comment