Wednesday, April 24, 2013

[FanFict RF Online] History To Get Victory! – Chapter 18


[FanFict RF Online] History To Get Victory! – Beside You, Inside My Heart





Hari sudah sore, langitpun juga telah memerah, suhu di sini makin jatuh dingin. Kita berlima masih belum selesai dengan misi ini. Karena para Tuncoat di sini lebih kuat, apalagi Tuncoat Knight dengan bertahannya dan Tuncoat Champion dengan serangannya yang berhasil meretakkan perisai gw di beberapa sisi.

“ayo semangat semua!!! Kita masih harus menghabisi 3 Champion dan 2 Knight lagi, semangat!!!” Reva dengan suara menggelegarnya menyemangati kita

Legholast dengan enteng mengayunkan pedangnya melawan para knight. “TRUSTT!!” “SHINING CUT!!!” dia menarikan pedangnya dengan indah ditambah skillnya yang dapat melemahkan lawan. Dia memang calon Templar hebat nantinya.


Ga seperti Legolhast yang sendirian, gw dengan Tere, dan Reva dengan Archie. Kita masing-masing dibagi lagi dalam grup dengan masing-masing 2 orang di dalamnya. Kita bertugas untuk menghabisi para Tuncoat Knight yang pertahanannya sangat sulit ditembus. Seperti biasa gw bagian penahan serangan, tapi kali ini gw harus menahan serangan 3 knight.

“SWARM!!!” “TOXIC BANE!!!” “AQUA BLADE!!!” Tere terus meng-cast attack forcenya yang kebanyakan attack force area sambil memainkan tongkatnya dengan indah.

Archie dan Reva juga sedang asyik dengan monsternya masing-masing. Reva menggunakan Paimonnya untuk menahan serangan dari 2 Knight itu sambil terus meng-cast attack force. Archie terkadang diserang oleh para Knight, tapi dia dapat selalu menghindar dengan sempurna, gerakannya sangat cepat.

“Valliand!!!” Tere berteriak ke arah gw. Gw hanya menengok ke arahnya karena masih konsentrasi dengan 3 Knight ini. “TRANGGG!!” hampir aja pisau salah satu knight mengenai pundak gw, untung aja masih bisa gw tepis pake perisai. “VALLIAND!!!” Tere kali ini teriak lebih keras lagi. Gw menengok lagi ke arahnya, dan Tere memberikan sinyal untuk gw menjauh dari 3 Knight ini. “SHINING CUT!!!” gw menebas 3 Knight itu dengan 1 skill yang cukup kuat hingga mementalkan mereka beberapa centi dari gw, setelah itu gw berlari ke arah Tere dengan secepatnya.

“METEOR!!!!”
Seketika langit-langit gua angin memerah, seketika hawa sekitar menjadi panas. Dari atas langit-langit yang merah itu munculah sebongkah cahaya. Lalu turunlah batu-batu besar yang banyak dan sangat panas dengan sangat cepat menghantam ketiga Knight yang tadi mengejar gw. Mereka mati seketika terkena meteor panas itu, dan keadaan kembali seperti semula. Tere langsung terkulai lemas tapi gw berhasil menangkap tubuhnya yang roboh.

“kamu gapapa?” tanya gw
“gapapa kok, cuma energiku aja abis ke serap semua buat ngeluarin force tadi” balas Tere dengan senyum ranumnya
“Val, bawa Tere ke Markas, kita sebentar lagi selesai kok, nanti kita susul” Reva memberi perintah
Gw mengangguk, dan membopong tubuh Tere sambil berlari ke arah Portal Cora dan langsung menuju Markas Cora.

Saat sudah sampai markas, Tere terlihat makin lemas dan menutup matanya. Gw langsung menuju ke Gedung Perawatan yang ga jauh dari portal. Sampai di sana Tere diminta untuk di baringkan di ranjang lalu dia dibawa ke sebuah ruangan oleh para perawat di sana, gw hanya diminta untuk menunggu di luar. Cemas tingkat Pitboss.

30 menit berlalu, tanpa suara. Resah menunggu kekasih gw, semoga dia baik aja. Lalu pintu ruangan tempat Tere berada terbuka. Perlahan sesosok dokter menghampiri gw.
“Kekasihmu baik-baik saja kok. Dia Cuma kehabisan energi. Paling istirahat satu hari penuh besok dia sudah baik lagi keadaannya” kata-kata dari dokter itu membuat gw tersenyum. Ternyata Tere baik-baik aja.
“Kalau kamu mau tengok dia, sekarang sudah bisa kok” lanjut dokter itu sambil mempersilahkan gw masuk.

Gw masuk ke ruangan itu, gw lihat Tere masih terbaring menutup matanya sambil agak tersenyum. “Cantik” hati gw bergumam. Gw belai lembut rambutnya yang panjang kecoklatan sambil mengaggumi indahnya makhluk ciptaan DECEM ini. Gw cium keningnya…

“Haiiiiii…..” serentak Reva, Legholast, dan Archie tiba-tiba muncul dari balik pintu.
“Ma.. ma.. maaf, kita ga tau, harusnya tadi kita ketuk pintu dulu” Reva terbata-bata
“e.. e… iya.. ga.. gapapa..” situasi menjadi awkward banget buat kita
Hening…
“oiya, ni kita bawain bunga buat Tere..”  kata Reva memecahkan keheningan menyerahkan sebuket bunga
“iya, makasih ya..”

Sekitar satu jam kita berempat mengobrol lumayan seru, pelan-pelan mata Tere terbuka, dia terbangun.
“Aku di mana?” tanya Tere pelan
“Kamu di gedung perawatan, tadi abis ngeluarin attack force meteor itu kamu kan…”
“oh iya-iya aku inget..” perkataan gw dipotong ama Tere sambil menaruh jari telunjuknya ke mulut gw. Ngeselin.

Reva dan Archie langsung memeluk Tere.
“Gw kapan dipeluknya?” kata gw sambil bercanda
“Yang..” Tere memanggil
“Kenapa?”
Tere mengambil tongkatnya, lalu “PAKKKK” memukul kepala gw menggunakan bagian ujung bawah tongkat.
“Aduh, sakit tau yang..” gw mengusap kepala gw yang melahirkan benjol kecil akibat hantaman tongkat Tere tadi
“Lagian si…” Tere langsung pasang muka jutek
Gw di ketawain satu ruangan. Malu.

Kita berbincang seru banget, mulai dari tadi di Gua Angin hampir aja selangkangannya Legholast kena tusuk pedang Tuncoat Champion, sampai si Archie yang kisah cintanya berakhir tragis, karena ditinggal sang kekasih pas lagi tunangan. Untung ruangan di sini semuanya di desain 1 pasien per ruangan, jadi kita ga merasa mengganggu pasien lain jika sedang mengobrol asik.

Ga kerasa hari udah larut malam. Reva, Legholast, dan Archie pamit buat pulang. Gw juga sekalian mau keluar buat nyari makan sebentar. Setelah minta izin sama Tere dan diperbolehin, gw menyusul rombongan mereka yang udah lebih dulu ninggalin ruangan.
“Hoy… ada yang mau ikut makan ga?” gw menepuk pundak Legholast dari belakang
“Boleh deh” Legholast langsung setuju
“Hmmm… Ayuk deh” Archie juga mengangguk
“Rev, mau ikut juga ga?” tanya gw ke Revana
“Emm… aku ga bisa, maaf ya…” Revana langsung berlari meninggalkan kita
“Aneh…” Archie agak kebingungan
“Dia emang suka gitu… yaudah, kita ke kedai KakekTua aja, gimana?” ajak gw
“Yok…” mereka menjawab dengan kompak

Gatau mungkin karena laper banget atau gimana, gw ngerasa cepet banget perjalanan ke kedai ini. Sampai di sana, seperti biasa, sambutan hangat ala KakekTua.
“Heiii… udah lama ini cucu kakek ga ke sini, kemana aja kamu? Ahhh mentang-mentang udah ada yang ngurusin sekarang jarang ke sini lagi…” KakekTua memeluk gw
“Haha iya nih, tapi baru calon, kek”
“Wah wah, hebat. Nanti kalo nikah beneran, undang kakek jangan lupa..”
“iya kek, sip.. tenang aja…”
“yaudah-yaudah, kalo gitu duduk dulu, teman-temannya ajak juga duduk sini.. kalian boleh bayar setengah harga nanti, anggap saja hadiah reunian…”
KakekTua emang baik sama gw, semenjak gw kecil dan ditinggal oleh kedua orang tua gw, saat itu gw bekerja di sini dan sebagai imbalannya yaitu makan 3x sehari, sampai akhirnya gw memutuskan untuk masuk akademi dan menjadi prajurit cora dan berhenti kerja di sini. Tapi gw tetep sering pergi ke sini sepulang dari akademi, dia gw anggap sebagai orang tua gw sendiri.

Gw di situ ga lama, karena gw milih buat ngebungkus makanan aja. Jadi sekalian makan juga sekalian nemenin Tere. Tapi Legholast sama Archie gw tinggal di sana, kayaknya mereka asik banget.

Sampai lagi di ruangannya Tere udah hampir tengah malam, Tere juga udah tidur daritadi kayaknya. Gw makan makanan yang gw beli dari kedai KakekTua ditemani dengan tayangan TV yang agak boring, mungkin karena acara tengah malam juga, sambil nemenin Tere tidur. Abis makan, gw langsung tidur karena acara TV ga mendungkung gw untuk terjaga sepanjang malam. Gw tidur terduduk di kursi sambil memegang tangan Tere, dan ga lupa juga untuk mencium kening Tere sebelum tidur.


*Sementara itu di Bellato Union

Thorn Side

“Malam yang indah…” gw menerawang langit malam dari dekat Tebing Angin dekat Markas Bellato Union. Udah lama semenjak gw diculik oleh makhluk asing itu, gw ga merasakan angin malam sesejuk ini.

“Heiii…”
“EHH!!!..” gw kaget
“Haha… emangnya gw hantu apa? Ngapain di sini malem-malem? Ngelamun pula” sesosok wanita membuyarkan lamunan gw
“Ee… ee… e.. Enggak ngapa-ngapain kok…”
“Haha.. gw duduk di sini boleh?”
“Boleh…”

Gw yang asli dengan gw yang sedang dalam medan tempur beda banget. Gw yang asli adalah seorang yang pemalu, tapi gw yang dalam medan tempur berbeda 180o dengan ini. Di malam itu tanpa berkata, kita menikmati malam yang indah berdua dalam sunyi. Sesekali dengkuran monster indah menghiasi malam yang cerah dengan bulan bergantung dilangit ditambal dengan cahaya bintang berkelap-kelip seperti lampu MAU yang siap tempur. Duduk di samping seorang pemimpin bangsa di bawah malam seperti ini adalah langka, yang biasanya kita tempur bersama, tapi saat ini kita duduk bersama dalam ketenangan.

Dalam heningnya malam berdua, tanpa tau angin apa, Aurora berdiri dan meninggalkan gw sendiri. Belum berapa jauh iya melangkah, langkahnya kemudian terhenti…
“Oiya, besok pagiada tugas penting, temuin gw di Terminal MAU, dan jangan sampai telat!” teriak Aurora
“Oke!” gw mengacungkan jempol gw ke langit tanda siap

Sekelebat bayangan hilang sudah pandangannya dari mata gw ditelan malam. Sepeninggal dia gw bergegas untuk pulang ke rumah untuk istirahat. Dengan cepat gw berlari ke rumah, dan tidak lama gw telah berada di depan rumah gw. Rumah yang gw rindukan. Telah sampai di kamar gw langsung melompat ke arah kasur. “HAPP!!” satu lompatan ke kasur gw langsung berbaring dan memeluk bantal guling. Gw terlelap dalam indahnya dilema empuknya kasur lama.

No comments:

Post a Comment