Tuesday, April 9, 2013

[FanFict RF Online] History To Get Victory! – Chapter 17


[FanFict RF Online] History To Get Victory! – Abandoned Dessert





3 hari setelah Baby tiada, kita di suruh pulang sama Quaine Khan. Mungkin dia mau marah sama kita, misi kita ga selesai, dan lebih parah lagi ada 1 anggota kita yang telah tiada. Ah pasti dia marah besar. Pasti!

Kita yang masih shock akan kejadian kemarin, lunglai buat masuk ke dalam pesawat Cartella, seperti banyak beban dan hal yang menyedihkan menimpa kita.
“hoi… pulang dari sini kita kemah di Pantai Crimson yuk? Gimana?” gw membuka pembicaraan
Sesuai dugaan gw, mereka terdiam.
Gw ngerasa jadi penghibur yang gagal saat ini. Yasudahlah, mending gw ke tempat penyimpanan barang aja, menyepi.

Perjalanan pulang terasa sangat sepi, karena sepinya hingga gw bisa mendengar suara semut sedang bertengkar dengan kekasihnya. Dan ternyata itu mimpi, setelah guncangan hebat gw terbangun dari tidur gw. Tere tidur terduduk tepat di hadapan gw. Haha, manis.

Gw tidur lagi, karena ga ada waktu buat ngelakuin hal lain. Ah mungkin tepatnya ga ada hal lain yang harus dilakuin untuk menghabiskan waktu.


“Valliand…” suara pelan memanggil nama gw
“Valliand….!!!!” Suara itu semakin jauh tapi semakin tinggi nadanya
Seketika muncul wujud seorang wanita berarmor lusuh dan terluka di seluruh badannya. Wanita itu berjalan pelan ke arah gw, dia mendekat, mendekat, mendekat… wajahnya tertutup bayangan hitam, gw ga bisa liat wujudnya, tapi wajah kita semakin dekat, dan dekat… dia mencium tepat di bibir gw, seketika gw melepaskannya dan memandang wajahnya, dia hanya tersenyum dan terbang menjadi abu bersama angin.

“Hoeekkkkk…. Hah... hah... hah...” Gw terbangun dari mimpi itu sambil ngos-ngosan, seperti habis lari keliling gurun Sette. Gw mengumpulkan nyawa gw yang berceceran di mana-mana dan sadar gw tidur di pangkuan Tere. Uhhh, manis memang wanita gw ini. Ah kalo kamu tidur aja manis, gimana bangun terus? Diabetes nanti akunya…

Sekarang gentian, Tere yang tidur di pundak gw, dan gw terjaga.
“Pesawat berada pada ketinggian 8097 kaki dengan kecepatan 500 knot, harap berada di area aman untuk menghindari guncangan terjadi” Pilot Kartella itu berbicara, dan sampai sekarang gw ga pernah tau wujud pilot Kartella itu seperti apa.

Reva masuk ke dalam tempat penyimpanan barang tanpa permisi, dan langsung duduk dihadapan gw dengan wajah lesu dan tertunduk.
“Aku gagal jadi pemimpin kelompok ini” dia berbicara sambil menangis.
“Aku bodoh! Aku ga bisa jaga orang-orang di kelompok ini, aku terlalu lemah untuk memimpin…” dia terisak tangisannya sendiri
“Kamu, Baby, Tere, ataupun Legholast lebih pantas untuk memimpin daripada aku, aku? Aku hanya orang yang levelnya lebih besar dan hanya sampah di sini…” tangisannya semakin menjadi
“Hey, udah jangan nangis gitu, lu pantes kok jadi pemimpin kelompok kita” kata gw menenangkan
“Bohong!!!” dia teriak ke arah gw
“Haha, kalo gitu, kenapa Quaine Khan lebih milih lu ketimbang gw yang menurut lu lebih kuat? Hah? Karena dia percaya lu pemimpin yang baik, karena dia percaya lu bisa memimpin kita dengan baik. Udahlah, ini bukan semuanya salah lu kok, ini udah jalan yang harus kita tempuh. Lagipula, bagaimanapun jika Baby tidak gugur hari ini, mungkin dia akan gugur dengan keadaan yang lebih mengenaskan dari ini nanti” kata gw mantap.
Dia seketika terdiam, tapi tangisnya lama-kelamaan berhenti.
“Nah, sekarang tau kan?” gw menambahkan
Dia Cuma ngangguk dan tersenyum sambil menyeka air matanya. Lalu dia mendekati gw, dan mendekati wajahnya. Sebelum makin dekat, gw halau wajahnya dengan tangan gw.
“Mau ngapain? Gausah segitunya juga kali..”
“Hehe, iya maaf. Aku Cuma mau bilang makasih ya udah nyadarin aku… hmmm” dia tersenyum lalu pergi dari hadapan gw.

“Selamat datang di tempat pendudukan, semoga anda menikmati perjalanan anda…”
Seiring kalimat itu terdengar, kita juga telah sampai di Markas Cora. Satu per satu kita keluar dari pesawat menuju rumah masing-masing dan bersiap untuk menghadap Quaine Khan besok. Ga tau, perasaan apa yang menghinggapi kita semua, yang pasti kita takut bercampur sedih sekarang.

Sampai di rumah gw, Tere langsung pergi untuk mandi, dan gw pergi ke kamar.,, buat tidur. Capek di perjalanan yang lumayan makan waktu juga, walaupun pesawat Kartella itu udah canggih banget, atau mungkin jarak Ether yang di atas langit itu cukup jauh? Ah gw ga tau, yang penting sekarang adalah… gw mau tidur!

Perasaan terbaik di seluruh jagat Novus adalah dibangunin oleh seorang bidadari yang cantik dan sedang memegang makan siang, dan bagusnya lagi itu terjadi ke gw siang itu.
“Ahhh bidadariku… kamu baik banget si, bangunin aku, trus ngambilin makan siang” kata gw dengan wajah  amit imut.
“Eh eh eh!!! Enak aja, punya kamu ambil sendiri sana di dapur!” kata Tere berusaha menjauhkan makan siangnya itu dari gw.
“hahhh kamuu.. yaudah suapin aja ya? ya? ya?” gw masih dengan wajih se amit imut mungkin
PLANGGGG “lebay ah… jangan manja hayo!” dia melayangkan buku novel 5km-nya dengan penuh kasih sayang.

Karena ga mau kena layangan buku novel lainnya yang lebih tebel, gw beranjak buat mandi dulu biar ga luntur ketampanan gw, baru abis itu makan. Tampan harus! Kenyang biarin!

Lagi asik nonton berita yang masih hot dari beberapa bulan lalu ampe sekarang yaitu investigasi hilangnya Wakil Archon Cora “VocaZza”, Tere loncat dari belakang sofa dan mendarat tepat…. Tepat di atas lantai.
“aduhhh, sakit ay sakit!!!” Tere meringis kesakitan
“ahhh, kamu belagu siii… sini peluk papa…” gw melingkarkan tangannya di leher dan memeluknya sambil mengangkat dia ke atas sofa.
“makannya lain kali jangan belagu gitu ah…” kata gw sambil melepaskan pelukannya
“abisnya kamu cuekin aku, malah sibuk ama TV” katanya cemberut
“beritanya lagi seru tau, tuh liat ini berita aja masih diperbincangin”
“oh” Tere buang muka dan makin cemberut mukanya
“iii, iyaiya aku matiin TVnya.. liat ke sini dong cantik” gw menggodanya
Tere tetep diem aja.

Siang itu gw habiskan dengan menggodanya dan Tere masih teguh perngambekannya. Sampai akhirnya gw nyerah dan beranjak dari Sofa.

“mau kemana?” tanya Tere
“Tidur” jawab gw pendek sambil tetap melangkah ke kamar gw.
Gw baringkan tubuh gw ini di tempat tidur, sambil menatap langit-langit, dan ga ada setengah jam gw terlelap.

Malemnya gw terbangun, dengan Tere duduk di samping gw sedang menjahit sesuatu. Tanpa sepengetahuannya gw bangun dan memeluknya dari belakang.
“Bau jigong! Mandi dulu sana!” protesnya
“Biarin, bau-bau gini juga cinta kan?” gw mengusap dagunya
“Tetep aja bau!!! Mandi sana!!!”
“Iyaiya bawel, tapi dalam mimpi aja ya ahhhh…” gw kembali berbaring di tempat tidur
“MANDI!!!!” kali ini Tere nyubit gw sekeras mungkin
“aduh aduh, kamu main kasar ya… iya iya aku mandi” pada akhirnya laki-laki harus mengalah juga

Setelah mandi gw di sodorin makan malem oleh Tere, berupa sayuran… semuanya sayuran. Yaudahlah daripada dia ngamuk, bahaya. Mending manut.

Abis makan pun gw langsung ke tempat tidur, dan Tere ikut juga.
“kamu ga cuci piring dulu?” tanya gw
“enak aja! Emangnya gw pembantu lo!” jawabnya sambil menoyol kepala gw
“hmmm…” gw tertunduk lesu
“ay, perasaan kamu buat besok gimana?” dia bertanya dengan muka serius
“gimana apanya?”
“kalo kita di hukum gitu misalnya, gimana?”
“ya udah tinggal di hukum, gitu aja ribet. Paling juga di suruh nambang lagi”
“gimana mau nambang?! Orang 3 bangsa dari beberapa bulan ini selalu failure warnya”
“ah iya apa?”
“iyee kebo!”
“yasudah, hadapin aja yang terjadi besok, aku bakal selalu di samping kamu kok, ya…” gw pasang muka serius tapi dengan tampang amit imut
“lebay! Udah tidur sana” Tere mematikan lampu
“iye..”

Malam itu kita tertidur dengan segudang perasaan cemas di kepala, hati dan jiwa. Sebenernya gw ga bisa tidur malam itu, karena masih banyak pikiran, apalagi gw teringat oleh BabyCurves. “Ah kacau memang dunia ini” dalam hati gw berkata.

Besoknya gw terbangun pagi dengan seperti biasa, tanpa Tere di samping. Karena dia seperti siluman, tidur dan bangun kapanpun dia mau. Gw langsung beranjak dari tempat tidur dan mandi. Setelah mandi gw ngecek ke dapur, bener aja dia lagi masak. Gw peluk dia dari belakang, dengan mengatakan “morning, bidadariku…” dan hanya dibales dengan senyum. Setelah menyapanya, langsung aja gw berganti baju, dan memakai armor bersiap menghadap. Tere telah selesai masak, kita sarapan bersama.
“haha, kamu ngapain si udah rapih aja? Kan lagi sarapan dulu tau” dia ketawa ngeliat gw sarapan dengan armor lengkap
“hmmm kamu, puji aku kek sekali-kali…”
“hahaha, iyaiya kamu ganteng kok..” dia tetep ketawa geli
“hah ga ikhlas!”
“hahahahaha…” makin jadi ketawanya
Gw cuekin aja deh, biar dia ketawa. Lagipula pas ketawa dia tambah cantik kok. Haha, ga ada ruginya gw juga.

Setelah sarapan bersama itu selesai, yang lebih tepatnya gw sarapan malu dia sarapan ketawa. Kita bergegas untuk berangkat ke tempat kita ngumpul biasa. Di kedainya KakekTua. Tere udah siap dengan armornya. Setiap gw liat dia pake armor, gw berasa jadi laki-laki paling beruntung sedunia. Iye serius, dia cantik banget.

Kita menunggu di kedai KakekTua lumayan lama barulah datang si Legolhast, disusul dengan Revana. Sebelum kita menghadap Quaine Khan, kita semua berencana untuk mengunjungi makam BabyCurves yang ga jauh dari rumahnya.

Sampai di makam suasana pun berubah, Tere dan Reva berjongkok sambil memegang nisan Baby yang masih segar dengan taburan bunga. Gw dan Legolhast sesekali meneteskan air mata. Kita menaburkan bunga, dan memberinya doa sebagai penghormatan terakhir. Kita semua pergi dengan perasaan yang sedih bercampur degub kencang jantung masing-masing, karena harus menghadap Quaine Khan. Seperti akan di eksekusi mati rasanya.

Sepanjang perjalanan kita berjalan beriringan, dengan perasaan takut dan cemas. Sampai pada akhirnya kita semua sampai di kediamannya yang di jaga oleh seorang penjaga, dan penjaga itu mengerti jika kita ingin bertemu Quaine Khan. Dia langsung mempersilahkan kita masuk dan menunjukkan jalan menuju tempat si tante yang awet muda itu.

Sampai di sana kita langsung berhadapan dengan Quaine Khan dan Archon Cora, GodsArmZ.
“Selamat atas kepulangan kalian dari Ether, walaupun misi kalian belum selesai semua, dan ada teman kalian yang gugur. Kami cukup sedih mendengar itu. Tapi kami tetap bangga akan kalian. Kalian telah membunuh beberapa Accretia dengan kerja sama tim yang baik. Aku sendiri sangat salut akan kekompakan kalian. Team kalian akan aku jadikan tetap seperti ini, dan takkan berubah. Tapi, ada misi yang harus kalian selesaikan.”
“Apa itu?” tanya Reva
“Cari dan bunuh Tuncoat-tuncoat Cora yang mengumpat di Gurun Sette”
“Hah? Tuncoat? Makhluk apa itu?” tanya gw penasaran
“Mereka adalah pembelot yang membentuk kelompok dan bersembunyi di beberapa daerah” terang GodsArmZ
“Jadi semacam pengkhianat?” tanya gw yang masih agak bingung
“yap, tepat”
“oke, jadi kalian mengerti misi kalian kali ini?” tanya Quaine Khan
“SIAP, MENGERTI!” jawab kami serempak
“Bagus, mulai besok kalian harus mulai misi ini dengan tenggang waktu sampai War selanjutnya dimulai yaitu dalam waktu 1 bulan”
“BAIK!” jawab kami serempak lagi
“oke kalo begitu, kalian boleh pulang lagi ke tempat kalian, dan jangan lupa berlatih”
“BAIK!” jawab kita serempak…. Lagi

Kita meninggalkan kantor Quaine Khan dan pergi ke Dataran Terang untuk berlatih bersama. Gw dan Legolhast berlatih serangan dekat dan pertahanan, sedangkan Tere dan Reva berlatih kekuatan force mereka dengan menyerang batu-batu besar di sana.

Pada sore hari kita berhenti berlatih dan pulang ke rumah masing-masing. Gw menggendong Tere yang saking serius sampai-sampai kelelahan berlatih. Sampai di rumah, Tere udah terlelap dari tadi di atas gendongan gw. Langsung gw baringin bidadari itu di kasur, dan gw pergi mandi.

Selesai mandi pun, gw langsung tidur karena lumayan juga sparing lawan Legolhast, walaupun dia paling pendiam di Team, tapi kekuatannya bisa bikin orang terbungkam. Salut gw.

Gw langsung menuju kamar, dan ngeliat Tere masih tertidur pulas.
“Ay, kamu masih cantik walaupun belum mandi juga” kata gw sembari mengusap rambutnya

Gw berbaring dan mencoba memejamkan mata, ga lupa gw beri kecupan selamat tidur ke Tere, dan langsung gw tertidur.

“KEBOOOOO!!!! BANGONNNNN!!!!” PLAKKK PLAAKKK PLAKKK
Gw dibangunin dengan cara yang gak manusiawi banget pagi ini. Pertama, gw diteriakin. Kedua, gw digebuk pake bantal. Ketiga, gw ditindih. Dan yang keempat, gw di siram.

“iyaiyaiya, ah basah kan…” gw yang masih shock dan cengo, terbangun dengan perlakuan ga manusiawi kekasih gw satu-satunya itu
“yasudah, mandi sana” katanya santai dan meninggalkan gw yang terbasah-basah
“heh?” gw keheranan melihat perilaku wanita yang gw cinta itu

Daripada kena amuk lagi, gw bergegas mandi. Di kamar mandi, sambil mandi tentunya. Hati gw sempat berkata, “Sayang, untung aku cuma punya satu kamu, dan untung di dunia ini cuma ada kamu satu-satunya. Kalo aja ada 2, ga tau deh, kiamat makin deket mungkin.”

Setelah selesai mandi, rapih pake armor, menyiapkan equipment dan sarapan bersama, kita langsung bergegas pergi untuk berkumpul di depan portal yang ada di tengah-tengah markas Cora.

Sampai di sana sudah menunggu Revana, dan Legolhast yang sedang mengobrol.
“ahhh kalian lama banget sih?! Udah telat 5 menit tau…” Reva agak marah karena kita telat
“iyaiya maaf, yaudah yuk langsung aja…” Tere yang udah ga sabar mungkin untuk menghajar Tuncoat-tuncoat itu.

Kita sampai di Portal Cora dan langsung memilih destinasi tujuan, yaitu Gurun Sette. Seketika tubuh kita terbawa terbang dan terombang-ambing ke sana - ke mari. Rasanya aneh, sungguh.

Pada akhirnya mesin itu membawa kita ke tempat yang sangat gersang. Penuh dengan pasir, dan angin yang lumayan kencang menerbangkan pasir itu. Di sana juga ada penjaga-penjaga Cora yang menjaga portal Sette agar tetap aman dari bangsa lain ataupun monster. Mungkin.

Hal yang Pertama kali gw rasakan waktu ke sini adalah… panas. Iya, di sini panas banget.
“Lama banget kalian? Aku udah tunggu di sini dari tadi lho. untung ga item” kata seorang wanita yang berdiri di depan kita
“Loh? Kamu siapa?” Tanya Reva
“Haha, aku lupa kita belum kenalan, aku QueenArchie. Di sini aku di tugasin buat gabung dengan team kalian oleh Quaine Khan”
“Anggota baru?” tanya Legolhast, dan tumben banget dia ngomong kali ini.
“Iya… hihi. Salam kenal ya semua…”

Ga pake lama kita langsung mencari yang namanya Tuncoat. Pasir yang kita tapakin itu panas banget, walaupun udah pake sepatu, tetep kerasa panasnya. Disela-sela kaki gw yang kepanasan, para wanita sedang mengobrol. Seru sepertinya. Tapi kita yang laki-laki hanya berjalan di depan. Sambil kepanasan.

“Tuncoat Cora itu bersembunyi di dalam Goa Angin…” Archie membuka pembicaraan
“lalu di mana Goa Angin itu?” gw bertanya heran
“ya di sini…” kata Archie sambil berhenti di depan sebuah pintu goa yang lumayan besar
Kita langsung masuk ke dalam goa itu sambil mengendap, dan akhirnya kita menemukan apa yang di sebut Tuncoat-tuncoat Cora. Yaitu masih sebangsa kami juga, hanya saja mereka orang yang membelot atau bisa disebut pengkhianat bangsa.

“Jadi mana yang mau kita bunuh?” gw bertanya
“Semuanyalah!” satu kata dari Archie yang membuat gw shock
Ah gila aja kalo semuanya, sebanyak ini? Lawan kita berlima? Hahhhh. Gw Cuma bisa bertekuk lutut saja.
“udeh jangan lebay, kita bisa kok… lagipula mereka ga terlalu jago amat skillnya, hanya senjatanya aja yang lumayan sakit kalo kena” Archie berkuliah sedikit
“Tetep aje, pekok!” gw memarahi dia… dalam hati

Kita semua mengeluarkan senjata masing-masing, gw dengan pisau dan perisainya, Legholast dengan pedangnya, Tere dan Reva dengan tongkatnya, dan Archie dengan Panahnya.

Archie memancing salah satu Tuncoat di sana, dia memancing 1 Tuncoat Summoner untuk ke arah kita. Tapi salah satu temannya, yaitu Tuncoat Caster mengikuti dari belakang. Gw yang bernafsu untuk menghabisi mereka berlari ke arah mereka dengan kencang… dan JLEBBBB langkah kaki gw terasa berat. Summoner itu mengcast Ensnare yang mengikat kaki gw dengan akar dari dalam tanah. Di saat gw sedang berusaha keluar dari ikatan itu, Tuncoat Caster bersiap mengcast salah satu force attacknya untuk nyerang gw.. JLEBBBBB panah dari Archie tepat mengenai lengannya.
“FIRE BALL!!!” Reva mengcast Fire ball dan tepat melumpuhkan Caster tersebut
Sang Summoner yang tidak tinggal diam melihat temannya terbunuh, mengeluarkan attack force Electric Ball ke arah Reva, tapi untungnya Reva masih bisa menghindar. Di saat gw udah terlepas dari Ensnare, dan melihat si Summoner sedang lemah, gw menyerangnya dari samping… BASH!!!! TRANNG TRANGG TRANGG… 3 kali tebasan pisau dan dia terbunuh.

“Makannya, lain kali jangan sok” Archie menoyol kepala gw
“iyeiye, yaudah cepet kita habisin ini semua…” gw dengan bersemangat maju paling depan

Hanya beberapa jam akhirnya kita dapat menyelasaikan misi kita. Awalnya gw berpikiran seperti itu, tapi kenyataannya….
“akhirnya selesai juga sisi bagian sini, huft capek ya? ayo kita selesaiin sisi sana, di balik bukit itu masih ada lagi…” Kata-kata archie yang bikin gw down

“HAH? MASIH ADA LAGI?!” gw berteriak
“iya hehe…” Archie Cuma menjulurkan lidahnya

No comments:

Post a Comment