Saturday, March 23, 2013

[FanFict RF Online] History To Get Victory! – Chapter 16

[FanFict RF Online] History To Get Victory! – Red On White 3


Index


Matahari mulai menghangatkan Ether pagi itu, kita semua terbangun. Kecuali gw, karena gw ga tidur semaleman buat jaga-jaga kalo ada Accretia nyerang kita tiba-tiba waktu malam. Kita mempersiapkan semua peralatan buat menuju White Hole Nanti.

Tere, Thorn, Baby, dan Reva udah siap, dan kita keluar dari persembunyian kita semalam menuju White Hole.
“pagi gini Ether dinginnya ajib…” gw membuka pembicaraan di antara kita
“sini-sini gw peluk…” Thorn menyodorkan lingkaran tangannya keg w
“aaaaaa… ogahhhh!!!” gw ngambil salju di tanah, lalu gw buat bola salju dan seketika gw lempar itu ke muka Thorn
“hahahahaha….” Para wanita hanya bisa tertawa melihat tingkah kita yang saling beradu lemparan bola salju
Tanpa disangka Tere juga ikut melempar bola salju ke arah gw. Gw makin tertekan dan akhirnya terjatuh sambil memegang benda yang hangat tapi asing teksturnya.
“apaan nih?” gw ngangkat tangan gw, lalu merasakan tekstur yang dibalut kehangatan dalam salju. Gw cium benda itu. BAU!
“SIALAN, INI TAI!!!” gw berteriak dan menggesekan tangan gw di atas salju
“TAI, TAI, TAI, TAI!!!!”
“Hahahahaha…” mereka mentertawakan gw.
Jelas aja malu. Iyalah!


Sepanjang perjalanan, gw dicengin sama mereka ber4, ga henti-hentinya mereka meneriakkan yel-yel sepanjang perjalanan yang malah membuat gw semakin down…
“bau bau… bau bau…”
Mereka mengulang yel-yel itu sepanjang perjalanan kita di White Hole. Gw cuma bisa nunduk lemes.

Langkah kaki kita dan yel-yel mereka terhenti sejenak ketika melihat sekaleng Accretia yang sedang digempur oleh 5 monster Passer Beta. Monster-monster robot berbadan tegap dan besar itu terus menembakan machine gunnya ke arah si Accretia yang menahan serangan menggunakan seonggok perisai bertanduk besar.

“ajib kuat tuh kaleng…” gw seketika terpana
“ah biasa, gw bisa narik 3x lipatnya…” balas Thorn
“alah, kemaren dikencingin Anabola aja  ayan…” gw mulai beragumen dengan si Thorn
“anjrit…” seketika dia lompat dan nindih gw dan nimbun gw pake salju
“)F)S())&()&!!!!” gw berteriak ga jelas, karena semakin tinggi salju yang ditimbun di muka gw
Sampe akhirnya dia puas juga nindihin gw, dan gw terbangun dalam keadaan sesak bercampur salju di mulut.
Setelah kali ini gw makin menyadari kalau dia itu penyuka sesame jenis, dan foto tunangan yang waktu itu ditunjukkin ke gw hanyalah kedok semata.

Tanpa kita sadari, Accretia itu telah mengalahkan 3 dari 5 Passer Beta. Sekarang dia hanya melawan 2 Passer Beta. Dengan indahnya dia mengayunkan Sickle Knife yang agak kemerahan itu. Tanpa berlama-lama dia menghabisi semua robot itu.

“wah, kayaknya harus hati-hati sama Accretia ini” Baby tiba-tiba berkata
“hmmm kita skip atau kita lawan?” Revana bertanya
“ya di skiplah! Mau mati konyol di sini gara-gara ngeroyok Accretia? Kalo dia manggil bantuan gimana?” Thorn menimpali dengan nada tinggi
“yaudah skip, lagi pula tinggal belok aja kita udah nemu jalan ke Terminal Bellato kan?” gw mendamaikan suasana
“iye, pekok…” Thorn dengan cetusnya menjawab

Yaudah, setelah terpana oleh Accretia itu kita lanjutin perjalanan, tapi kita berjalan hati-hati. Sapa tau aja ternyata Accretia di sini ga cuma 1 kan?
Setelah agak jauh dari kaleng itu, kita berjalan lagi seperti biasa. Ether walaupun menjelang siang, dinginnya kayak di Markas waktu malam. Sepanjang perjalanan Tere juga ga hentinya megang tangan gw.

Yap, dari atas bukit kecil ini Terminal Bellato sudah terlihat, betapa senangnya guratan wajah Thorn melihat itu. Gw bisa ngeliat langsung soalnya. Tapi wajah itu seketika berubah menjadi tambah senang ketika dia ngeliat wanita yang selama ini dia rindukan.
“Luna..” ucapnya pelan
Dia teronggok-onggok menghampiri wanita imut berambut merah itu dengan berlari kecil. Tapi langkah bahagianya terhenti ketika dia melihat seorang laki-laki lain menghampiri wanita idamannya itu dan memeluknya. Ga lama, Thorn berlari kencang menghampiri mereka berdua dan seketika ia meninju tepat di wajah si pria tadi. Kita sebenarnya ingin melerai, tapi keadaan sepertinya ga memungkinkan.

Thorn Side

“BANGSAT!!! COWOK BANGSAT!!! ITU CEWEK GW!!! ELU SIAPANYA HAH?!!!” gw berteriak ke arah wajah cowok yang terkapar di atas salju akibat tinjuan gw tadi.
“JAWAB!!! ELU SIAPANYA LUNA HAH?!!! ANJING!!!” BRUAKKKKKK satu tinjuan keras berhasil terlukis indah di wajahnya.
Gw yang udah mulai kesetanan ga henti-hentinya meninju dia yang masih diam aja.
Setelah beberapa saat gw sadar daritadi dia diam aja, gw berhenti memukuli dan mulai meredakan emosi gw. Gw lihat Luna menangis tertunduk. Gw sebenernya ga tega, tapi apa boleh buat? Terlanjur sakit hati ini.
Gw membelakangi Luna…
“dia siapa??!!” gw bentak dia
“di… di.. dia…” Luna terbata-bata
“JAWAB!!!”
“dia… dia tunanganku” Luna menangis kencang
“ternyata… selama ini aku ga ada artinya berusaha pulang kembali buat nemuin kamu…” air mata gw mulai keluar perlahan
“ma... maaf..” Luna masih terbata
“udahlah… ga ada artinya ini lagi kan???!!!” gw melepas cincin yang melingkar di jari manis tangan kiri gw dan melemparnya ke arah dia...
“aku udah berusaha untuk nunggu kamu, tapi aku ga sanggup… dan dia datang ngisi kekosongan ini…” Luna membela diri dengan masih menangis
“lalu?! Kamu pikir aku ga berusaha untuk bertemu kamu? Aku mencoba keluar dari makhluk yang menangkapku, aku hampir mati gara-gara itu semua, dan akhirnya apa??!! APA??!! Kamu ancurin ini semua!!! Aku kayak udah ga berarti di mata kamu”
Lalu gw hampiri dia yang masih tertunduk menangis, gw sedikit mengangkat kepalanya
“udahlah, ga ada yang perlu ditangisin lagi, kamu udah bahagia kan? Ngapain harus nangis? Aku yang sakit aja ga gitu...”
“…..” Luna makin kencang menangis
“semoga kamu bahagia dengan dia…”
Gw pergi meninggalkan dia yang masih menangis.
“THORNNN!!!” gw hiraukan panggilannya, mungkin ini terakhir kalinya kita bertemu.
“TAPI, KAMI PARA BELLATO MEMBUTUHKAN KAMU!!!” dia berteriak lagi, yang kali ini membuat gw terhenti sejenak…
“AKU UDAH GA PEDULI LAGI!!!” gw tetap melenggang dengan santainya ke arah Valliand dan rombongan


Valliand Side

Thorn keliatan shock dan sedih banget karena kejadian itu.
“bro, lu gapapa kan?” gw mencoba bertanya
“gapapa…” jawabnya pelan
DUARRRRRRRRRRRRRRR

Dari sini terlihat wanita yang membuat Thorn menangis diserang oleh 2 Accretia, yang satu membawa senjata api, yang satu lagi adalah Accretia yang tadi.
“aahhh!!! Anjrit!!!” Thorn yang ngeliat wanita yang mungkin masih ia sayang itu, berlari menghampirinya. TANPA SENJATA.

“WOE GOBLOK, LU GA ADA SENJATA” gw berteriak tapi tak ada jawaban dari dia
Gw berlari nyamperin dia. Tere, Baby, dan Reva juga ikut dengan gw.
“Baby… tembak Accretia yang megang Vulcan, Tere dengan Reva kalian bantu Baby, kasih negative curse ke Accretia Ranger itu, biar gw yang nahan Accretia Warriornya” briefing cepat yang gw berikan kepada mereka, dan mereka langsung mengangguk.
Thorn menghampiri Accretia Warrior yang memegang perisai bertanduk itu, lalu dengan sekuat tenaga menghajar tepat di kepalanya. Accretia itu jadi agak sempoyongan, mungkin karena chip di dalamnya konslet akibat pukulan Thorn tadi.
“bego lu! Nekat banget!” kata gw yang langsung berada di samping Thorn
“seenggaknya biar dia tau, gw sayang dia…” jawabnya simple
“tapi kan…”
“ini yang terakhir”
Gw mengerti dia, kita berdua langsung memasang kuda-kuda dan mengambil posisi masing-masing.
“Lu tahan, gw hajar” Thorn memberi arahan ke gw
Gw hanya mengangguk. Accretia itu kembali berlari ke arah kita, dan mau ga mau gw harus menahan serangannya, bermodal perisai Gothic Shield boleh nemu di antara salju kemaren.
TRANNGGGGGG… Hantaman pisaunya lumayan kuat, tapi gw masih bisa menahannya. Lagi asiknya Accretia itu nyerang gw, Thorn dari arah samping berlari dan seketika meninju kepala Accretia itu untuk yang kedua kalinya. Bener aja, accretia itu mengalami konsleting hebat di bagian kepalanya yang penyok akibat hantaman Thorn dan, mati seketika.
Thorn meraih tangan gw dan membantu gw bangkit…
“1 lagi”
Tere, Baby, Reva, dan Luna keliahatan susah payah ngelawan Accretia yang satu ini. Mungkin karena gerakannya yang sangat cepat.

Tanpa pikir panjang, kita langsung menghampiri mereka. Tere mulai keliatan lelah karena harus mengeluarkan skill force Etangle tanpa henti, di lain sisi dia juga harus mengeluarkan Hecate untuk membantu serangan.

“HOLDDD” Baby mengeluarkan tali dan melemparnya ke arah accretia itu. Seketika Accretia itu tidak dapat bergerak akibat lilitan tali yang kuat di kakinya. Kita semua menyerang Accretia tersebut, tak terkecuali Thorn yang sudah siap meninju kaleng ini.

Thorn berlari dengan kencang, ia melompat tinggi dan BRUAKKKKKKK… Accretia itu terpental agak jauh, dan mati.

“kamu ga apa-apa, sayang?” gw memeluk Tere yang terlihat lemas
“gapapa kok…” jawab Tere Lemas
“yaudah, aku gendong di punggung sini…”
Tere langsung naik ke punggung gw dan terlelap, mungkin karena kelelahan

“makasih ya…” Luna memeluk Thorn
“iya… tapi aku harus pergi sekarang, tempatku bukan di sini lagi”
“tapi, Bangsa Bellato butuh kamu”
“aku akan ada buat mereka, saat kalian butuh, aku akan muncul”
“Aurora barusan kirim pesan, dia ingin ketemu kamu, kamu tunggu di sini, oke?”
“Ga ada waktu lagi”
“Please, ini bukan buat aku, tapi buat kita semua…” Luna memohon sambil menunduk memeluk Thorn
“oke”

Pemandangan di sini cukup dramatis, kami terpaksa menunggu Aurora, siapa dia? Dialah Archon Bellato. Ga kenal sih, tapi cukup terkenal, mungkin karena keimutannya yang super sebagai seorang pemimpin bangsa. Katanya sih, gw belum pernah liat.

Seketika cahaya muncul dan….
“Hormat, Archon!” Luna menunduk ke arah sumber cahaya itu.
“sudahlah, bukannya sudah aku bilang aku tidak suka hormat itu?”
“maaf putri…”
“jadi, di mana Wakil Archon Thorn berada, dan siapa Cora-cora ini?!” nadanya meninggi
“mereka orang-orang yang memulangkan Thorn dan  menolong kami dari serangan tiba-tiba Accretia tadi, putri”
“hoalah, terimakasih” Aurora tersenyum

Sesosok wanita Bellato, lengkap dengan War Dress khas Bellatonya.
“jadi itu Aurora?” hati gw berbisik

Thorn menghilang. Tanpa ada suara, tapi meninggalkan jejak. Dia jalan ke arah jembatan yang hancur kemarin. Kita samper dia, dia berdiri di ujung jembatan yang terbelah dua itu.

“Thorn…..” Aurora memanggil dengan lembut
Thorn berbalik dan Aurora langsung memeluknya.


Thorn Side

Muka gw langsung memerah, badan hangatnya memeluk gw, nyaman…
“kami butuh kamu, jangan pergi oke? Bellato menjadi kacau setelah kamu hilang…” suara lembutnya membisiki telinga gw
“hmmm… tapi sepertinya udah abis waktu gw di bellato, lebih baik gw jadi musafir petarung”
“jangan…. Please… kita semua membutuhkanmu…” Aurora makin erat memeluk gw
“ah shit!!! Dia tau kelemahan gw…” gumam gw dalam hati

Dinginnya Ether ga ngaruh waktu itu, pelukannya memberikan kehangatan tersendiri. Setelah gw berpikir dan menimbang-nimbang, akhirnya gw sepakat dengan Aurora untuk stay di Bellato dan membela bangsa ini lagi.

“oke, gw bakal tinggal di Bellato lagi, tapi…”
“apa?”
“gw minta equip, armor dan MAU seperti punya gw yang dulu”
“hihihi, itu gampang…” Aurora tersenyum manis dan lebar lalu mencubit pipi gw. Sakit!


Valliand Side

Ternyata hati dia dapat luluh juga, dia menghampiri gw dan menepuk pundak gw
“Bro, makasih ya udah mau susah-susah pulangin gw…”
“iya sip, tapi lain kali kalo kita ketemu lagi… kita bertarung seperti bangsa lain, oke?”
“hahaha, jadi Black Knight yang tangguh + banyak bertarung dan banyak belajar dari pengalaman, baru lu bisa lumpuhin gw hahahahaha” dia ketawa lebar
“haha, oke sip… tadi rasanya gimana bro?” gw bertanya nakal
“hah?”
“yang tadi di sono tuh…”
“ohhh, anget…”
“haha, oke kita berpisah di sini, gw janji kalo kita ketemu lagi, gw bakal patahin tangan MAU dan bolongin Cockpit lu dengan tangan gw sendiri..”
“terusin mimpi lu, bro… karena itu ga akan terjadi hahaha”
“haha, oke sampai jumpa lagi”
Kita melakukan brofist di sana, dan kita berpisah. Thorn kembali ke Bellato dan gw kembali ke Terminal Cora, karena hari udah mulai sore.

Setelah ngeliat mereka balik ke Terminal Bellato, kita langsung balik ke Terminal Cora. Gw merasakan laper yang sangat menderu, gw jalan cepat-cepat agari cepat sampai.
“Ay….” Tere memanggil gw yang berjalan di depan sendiri
Gw berhenti dan menoleh ke arahnya…
“kenapa?”
“ih tungguin atuh…” katanya cemberut sambil berlari ke arah gw.
“gendong?” tawar gw ke Tere
Tere cuma ngangguk. Gw langsung menyerahkan punggung gw dan merelakannya di tunggangi oleh kekasih sendiri.

Pada akhirnya kita sampai lagi di White Hole, keadaan di sini mulai sepi karena mulai menjelang malam, Cuma ada beberapa Passer Beta dan para robot Hobo berkeliaran. “Kemana para Calliana?” hati gw bertanya tanpa mendapatkan jawaban

Kita mengambil jalan melewati Ladang Lemon, walaupun agak jauh, tapi ga tau kenapa Reva memilih jalan ini. Kita sebagai bawahannya ikut aja. Sepanjang perjalanan tak hentinya para wanita ini ngobrol. Mereka terus membicarakan Aurora yang menurut gw sendiri imutnya itu bagaikan artis Navillah CKT48 yang sangat terkenal di Cora saat ini.

“berhenti!!!” Tere member komando
“kenapa lagi? ada apa emangnya?” Reva membalas
“Accretia…”
“mana? Ga ada…” Reva dengan nada tinggi
“Sigh!!!” Tere meng-cast Sigh ke Reva
“sial, 2 Phantom Shadow.. kita harus….”
“hati-hati Trap” Baby menyela
“lalu?” gw bertanya ke mereka
“hajar agar mereka terlihat, tapi jangan terpancing untuk maju ke depan, mungkin di sana banyak trap…” Baby mengkomandoi
Harusnya pemimpin misi ini adalah BabyCurves, karena sepertinya dia lebih mudah dimengerti dan lebih berpengalaman dari Reva. Tapi yaudahlah, pendapat pribadi.

“Fast Shot!!!” Baby menembakkan 2 panah dengan cepat ke arah 2 Accretia itu, satu Accretia berhasil menghindar, tapi yang satu lagi terkena di bagian kaki.
“Tere, Hecate…” gw menyuruh Tere untuk mengeluarkan Hecate
Tapi belum sampai 1 menit menghajar Accretia yang terkena panah di kaki, Hecate Tere di backstab oleh salah satu Phantom Shadow yang berhasil kabur
“mereka sangat cepat” gumam gw dalam hati
“Tere, Baby… serang Accretia yang kakinya terluka itu, biar aku dan Valliand yang lawan satu lagi” Reva memberi command
Accretia yang satu ini hebat banget, dia punya kecepatan tinggi, Reva dan gw kewalahan menghadapinya.
“Fire Ball!!!”
“Mist Shot!!!”
“Tectonic Might!!!” Reva terus-terusan meng-cast Force skillnya, tapi ga terlalu ngefek dan sama sekali ga membuat Accretia ini terluka, mungkin karena armor hitamnya ini.
Gw terus menahan gempurannya, walaupun perisai gw mulai retak-retak di beberapa sisi.
“TRANGG TRANNGGG” suara perisai gw beradu dengan pisau lemparnya “TRAKKKKKKK” perisai gw bolong ketusuk pisau lemparnya tapi masih menancap di perisai, “sial…”
Gw manfaatin kesempatan itu, selama dia lagi sibuk nyabut pisau lemparnya yang nyangkut, gw tending kaki Accretia itu dan gw lepas perisai dari tangan gw. Alhasil dia jatuh ke bawah dengan posisi tengkurap dan tanpa basa-basi lagi, gw tancapkan pisau gw ke kepalanya
“BZZZZZZZZ” suara listrik konsleting yang terdengar ketika gw menancapkan pisau itu.
Lelah, adalah perasaan yang paling pertama gw rasain ketika selesai mengeksekusi Accretia ini, tapi di balik kelelahan gw melihat Tere dan Baby lagi berjuang mati-matian. Tere dengan Paimonnya menahan serangan Accretia yang terluka di bagian kaki tapi masih bisa bertahan, dan Baby terus meyerang dengan keakuratan tembakan panahnya.
“Accretia itu kuat, armor putih itu… sangat kuat” ucap Reva
Gw yang ga tega liat Tere digempur abis, gw berlari ke accretia tersebut. Accretia itu menyadari gw yang sedang berlari, seketika dia langsung menghilang. “shit!”
“SAYANG AWAS!!! DIBELAKANG!!!” Tere berteriak ke gw, belum sempat berbalik gw melihat ayunan pisau lempar yang mendekati “ahh shit!!!!” gw menutup mata gw…
“TRAKKKK” pisau lempar Accretia itu terlempar akibat tembakkan panah dari BabyCurves. Gw mengacungkan jempol gw tinggi ke atas untuk mengucapkan terima kasih.
Di saat kita lagi tidak sadar, Accretia itu kabur menjauh ke arah White Hole, Baby yang sadar akan hal itu mengejar dia.
Gw yang ga mau ngeliat temen gw kenapa-kenapa mengejarnya.
Di saat kita berdua mengejar, Accretia itu malah berhenti dan menatap kita dalam.
“jangan bilang lu mau nyerah?!!” teriak gw ke Accretia itu
Lalu dia mengambil pisau lemparnya, lalu ia melempar pisau itu dengan sepenuh tenaga ke arah gw.
“shit…” pisau itu semakin dekat, dekat dan… “JLEEBBBBBB” Baby menghalau pisau itu dengan mengorbankan badannya…
“Hah? Baby?! AH FUCK DAMN!” gw memegang badan Baby yang seketika jatuh dengan pisau yang tepat menancap di perutnya. Dan gw liat Accretia itu telah pergi menghilang.
“Hey?! Lu kenapa bego banget si buat nyelamatin gw?! Bisa aja gw menghindar kan? Jadi lu ga perlu terluka gini!!” gw sedikit membentak Baby yang masih terluka
“haha, gapapa… lu masih punya Tere yang sayang sama lu, gw ga tega liat lu mati dalam perang ketika bersama dia, dia sayang banget sama lu, lu harus jaga dia.. uhukkk.. gw rasa gw udah saatnya di sini…” suara Baby yang makin lemah di tambah dia terus-terusan batuk darah.
“tapi kan elu…..”
“udahlah, bawa gw ke Terminal sekarang, dingin bego di sini!” dalam keadaan sekaratpun dia masih bisa bercanda
Gw gendong dia ke Terminal, di depan terminal udah nunggu Tere, Reva, dan Legholast.
“BABYYY!!!!” Reva berteriak dan menghampiri gw yang membawa jasad Baby… yak tepat, Baby meninggal dalam perjalanan ke Terminal dalam gendongan gw. dan kata terakhir yang gw akan selalu ingat dari dia adalah

“Hari ini gw mati untuk Cora, Cora ada untuk kita… oh iya, lu laki-laki kuat, suatu saat lu pasti jadi Archon kita, ya… walaupun gw ga bisa ngeliat lu memimpin bangsa ini, tapi saat pertama ketemu lu, gw udah ngerasain kok haha… gw suka sama lu, sayang banget ya…  tapi gw bahagia bisa bersama lu di saat terakhir gw… hihi”

Dia menghembuskan nafas terakhirnya saat memeluk gw. Setelah menaruh jasadnya di Terminal, gw langsung cari tempat untuk menyendiri, gw pilih di ujung jurang Ladang Lemon.
Gw termenung dan bengong di sana…
“hey… kamu ngelamun aja…” Tere mengagetkan gw
“ada apa emangnya? Kamu masih shock ya?” lanjutnya
Gw hanya menggelengkan kepala, dan menatap dia…
“udah-udah jangan sedih, aku juga sedih kok, Baby memang orang yang hebat dan tangguh, hmmm aku udah nganggap dia kakak sendiri… aku…”
Belum sempat Tere menyelesaikan kalimatnya, gw peluk dia… semakin erat sambil menangis…



”There’s another heart trying to hug me, but it can’t stop me to loving you…”

No comments:

Post a Comment