Tuesday, January 15, 2013

[FanFict RF Online] History To Get Victory! – Chapter 15


[FanFict RF Online] History To Get Victory! – Red On White 4



Di malam hari, suasana Ether makin dingin, tapi semua orang bisa tertidur lelap dengan balutan kantong tidurnya. Malam ini rencananya gw akan lepasin Thorn yang sampai saat ini gw umpetin di cargo pesawat Kartella, dikarenakan ada badai besar dilaporkan ditengah jalan menuju markas, jadi pesawat Kartellanya tetap ada di Ether sampai badai hilang.

Gw nyamperin si Thorn di cargo. Gw kira dia udah mati kelaperan, tapi ternyata dugaan gw salah, dia lagi enak-enaknya makan makanan cadangan yang ada di cargo pesawat.
“WOIII!!! ITU MAKANAN CADANGAN KITA!!!” gw membentak si Thorn
“bodo amat, gw laper…” bales dia dengan mulut penuh makanan
“sialan lu!!” kata gw sewot
“hahaha, mending lu amblin minum di sono noh, gw seret nih!” sambil nunjuk ke arah box minuman
“nih!!!” BLETAKKKKKKK
Gw melempar minuman ke arah mukanya sampe dia nyemburin makanan yang penuh di mulutnya tadi.
“buset, songong lu, belom pernah di sodok Goliath gw ye?” katanya disela-sela tersedak
“hahahahahaha…..” gw ketawa puas ngeliat dia


Thorn mengambil minuman yang tadi gw lempar dan meminumnya. Setelah itu, langsung dia gw beri briefing untuk keluar dari terminal dan kembali ke Bellato. Ga pake lama lagi, langsung kita jalanin misinya.

Tere udah nunggu di depan pesawat, Thorn udah masuk ke dalam koper lagi dengan sedikit paksaan, karena mulutnya penuh dengan makanan.

Kami berjalan keluar dari Terminal yang dimana udaranya semakin menusuk. Tanpa kita disadari ternyata ada yang mengikuti kita dari luar Terminal Cora, tapi ketika kita lihat sekeliling tak ada satupun makhluk terlihat. Kami terus melanjutkan perjalanan, tapi terdengar suara kaki melangkah di atas salju, kembali kita tidak menemukan seekor makhluk pun. Lalu gw menyuruh Tere dengan berbisik untuk meng-cast Sight agar dapat melihat orang yang menggunakan skill cloak.

Dan ternyata gw benar aja, gw melihat bayangan 2 Accretia di belakang gw dan Tere yang sudah siap dengan senjata Vulcannya.
“ay, hati-hati… biar aku yang lawan…” bisik gw ke Tere
Tere hanya mengangguk dengan sedikit raut khawatirnya. Gw menarik pedang gw dan gw berbalik menghunuskan Beam Sword ke salah satu Robot itu yang gw anggap paling lemah. Sialnya dia bisa menghidar dengan mudah dari serangan gw. Tahu temannya diserang, salah satu robot itu menyerang gw dengan senjata Vulcannya, beruntung tembakannya ga ada yang akurat. Tere mengeluarkan Hecatenya dan langsung menyerang Accretia yang paling lemah itu. Accretia itu tidak dapat bergerak dikarenakan stun yang didapatnya dari Hecate. Gw memanfaatkan keadaan itu dengan menebas leher dari Accretia itu. “TRANGGGGGGGGGG…”
Seketika saja kepalanya terpisah dari badannya. Tanpa gw sadari, Accretia yang satunya lagi udah berdiri di belakang gw, ketika gw berpaling dia sudah bersiap dengan pisau lemparnya untuk mem-backstab gw. Gw tutup mata gw… “DUARRRRRRRRR….” Gw mendengar suara ledakan yang ternyata berasal dari robot tadi. Setelah gw lihat di serpihan robot yang meledak itu, gw menemukan sebilah anak panah, dan gw melihat dari kejauhan terlihat BabyCurves melambai-lambaikan tangannya ke gw dan Tere dan menghampiri kita berdua.

“Lagi ngapain kalian malem-malem keluar begini? Bahaya tau…” katanya dengan raut muka kedinginan
“Hehe, kita lagi iseng aja jalan-jalan berdua…” gw menjawab sekenanya
“Lalu… itu apa?” dia menunjuk ke arah koper yang kita bawa
“itu….” TRAKKKKKKKKKK
Seketika koper itu dibuka dengan paksa dari dalam, dan terlihat sesosok Bellato keluar dari dalam koper.
“Ehhh… tadi ada apaan si? Ada konser ya? Kayaknya seru banget deh…” Thorn tanpa dosa bertanya dengan tampang polosnya.
“BELLATOO!!!” teriak BabyCurves kaget dan langsung menembakan anak panahnya ke arah si Thorn. Tapi beruntung anak panah itu masih mengenai koper dan sedikit tembus ke arah selangkangannya.
“Ehhhh!! Jangan!!! Jangan dibunuh!!!” gw menghalanginya untuk menembakan anak panah keduanya
“Tapi itu kan….”
“Gapapa, dia itu baik, nanti gw ceritain, oke? Tapi sebelumnya lu mau ga bantu kita?” gw meyakinkan dia
“Ngapain?”
“Kita mau bebasin dia, lu mau ikut bantu?”
“Hmmmmm… tapi bener dia ga jahat kan?”
“Iya… udah jinak kok”
“Oke deh…”
“WOOIIIIIII MBAKKK!!! 1 CENTI LAGI HILANG MASA DEPAN GW INI!!!!” Thorn teriak kepanikan
“HAHAHAHAH!!!” kita tertawa melihat Thorn yang panik

Kita berjalan menuju Terminal Bellato, di sana kita melihat banyak makhluk baru yang kebanyakan seperti robot. Ketika sudah sampai ke tengah Ether, atau orang-orang biasa menyebutnya “White Hole” di sana kita bertemu satu lagi Accretia, tapi kali ini sepertinya lebih kuat lagi, dan memakai senjata yang menurut gw, hebat banget, karena bisa menghancurkan monster dalam beberapa kali tembak.
“Itu namanya Launcher, kalo lu mau tau aja…” Thorn tiba-tiba nyeletuk
“Iye gw udah tau…”
“Dari mana lu tau? Muka lu aja kayak kebingungan gitu”
“Barusan dari elu…”
“…..”

Kita berencana untuk menghindari Accretia itu dengan cara melewati jalan memutar lewat bengkel tua Bellato.

“Dulu bengkel ini dipakai untuk membuat dan memperbaiki MAU sebelum waktu itu diserang oleh Accretia…” Thorn bercerita singkat tentang Bengkel Bellato ini
“udah lama?” gw bertanya
“ngga! baru kemaren!” jawabnya dengan agak sinis
“tapi kok udah pada karatan?”
TAKKKKKKK TAKKKKKKKK…
Kita berdua dipukul dengan menggunakan tongkat oleh Tere…
“sakit ay…” gw meringis kesakitan
“biarin! Biar ga pada berantem…” katanya sambil cemberut

Kita semakin dekat dengan Terminal Bellato…
“berhenti sebentar!” Tere menghentikan langkah kaki kami
“ada apa, ay?” gw bertanya heran
“di jembatan itu.. ada Accretia seperti sedang memasang sesuatu di bawah”
“itu Trap” Thorn kembali nyeletuk
“jika kalian menginjaknya, benda itu akan meledak” tambahnya
“Sight!” Tere meng-cast Sight ke kita semua
“biar aku yang urus” BabyCurves menyiapkan anak panahnya dan membidiknya ke Accretia yang sibuk memasang Trap itu
Baby menembakkan anak panahnya dan… “DUARRRRRRRRR” tepat mengenai kepala si Accretia itu, dan meledak bersama trapnya yang ia pasang.

Kita lanjutin lagi melewati jembatan itu, karena semua trapnya sudah meledak bersama dengan Accretia tadi, jadinya kita lewat dengan luwessss…
Tapi makin lama Thorn makin berjalan dengan pelan, dan dia berhenti di belakang.
“gw merasakan sesuatu…”
“ah udahlah… itu kan perasaan lu doang…”
“DUARRRRRRRRR!!!!” suara ledakan di depan kami
“Whattttt theeeee…..”
“DUARRRRR…. DUARRRRRR…. DUARRRRRRRR” semakin banyak tembakan yang asalnya dari ujung jembatan yang satunya.
Kita berlari menyelamatkan diri ke ujung jembatan tadi, tetapi belum sampai di ujung, jembatan yang gw tapaki mulai mau roboh, Thorn dan Tere sudah diujung jembatan, tetapi gw dan BabyCurves di depan gw masih terseok menyelamatkan diri dari jembatan yang mau roboh ini. Tembakan yang bertubi-tubi terus menghantam dari siapa dan dari mana asalnya pun udah ga gw hiraukan lagi, yang gw pikirkan adalah bagaimana cara untuk selamat dari sini. Ketika sudah mulai sampai ke ujung, atap jembatan yang terbuat dari besi yang lumayan besar jatuh ke arah gw dan membuat gw tersungkur. Gw mencoba untuk berdiri tapi ga bisa, karena emang berat banget besi yang nindih gw ini. Walaupun gitu gw ga menyerah, gw ga boleh mati di jembatan ini, gw gunakan semua sisa kekuatan gw. Ketika gw udah mulai bisa berdiri jembatan itu menjadi sangat miring karena ada tembakan yang meledakan salah satu sisi dari jembatan. Gw mendengar suara Tere yang menjeritkan nama gw, gw ga boleh mati di sini, gw ga mau Tere sedih, gw harus bisa selamat, harus!!!

Gw berhasil menyingkirkan serpihan besi itu dan berdiri dengan sisa kekuatan dan balutan darah di kepala dan beberapa bilah di tubuh, gw berjalan terseok, sambil memegang pinggir jembatan yan mulai semakin miring. Sesekali gw melihat ke bawah, seperti ga ada ujungnya jika jatuh ke bawah, dan rasanya pasti sakit banget. Fikiran gw mulai berkelana tanpa ujung, terlihat wajah Tere di ujung sana menangis, “baby, wait for me, I’ll not die here”.

“KRAKKKKKK” suara jembatan yang sedang gw tapaki patah, dan gw tergelincir, tapi beruntung masih bisa berpegangan pada tiang pinggir jembatan yang sudah mengarah ke bawah. Tapi kekuatan gw sudah habis, tangan gw yang terluka ga terlalu kuat untuk berpegangan. Gw menutup mata, semakin lemah….

“PAIMONNNN!!!!”

Gw membuka mata, pusing, dan sakit di sekujur tubuh adalah hal pertama yang gw rasakan. Gw hanya merasakan tangan gw menggenggam tangan orang lain, semakin lama semakin erat genggamannya. Akhirnya gw bisa membuka mata penuh, walaupun masih berkunang-kunang. Gw merasakan seseorang memeluk gw erat, beberapa lama kemudian baru gw tau itu adalah Tere, dia menangis sambil memeluk gw, keliatannya sedih banget gara-gara kejadian tadi. Gw hanya bisa mengelus kepalanya perlahan.
“syukur deh, bro… lu masih hidup…” Thorn menepuk pala gw
“iye… nanti kalo gw mati, lu ga ada musuh lagi soalnya…” gw meledek dia walaupun dengan keadaan yang sangat lemas
“haha… udah lemes masih ngeledek aja lu, yaudah istirahat dulu di sini, kita ngumpet di sini sampai keadaan aman, soalnya gw merasa para Accretia masih mencari kita”
“iyaiya, tapi darimana itu Accretia tau kalo kita lagi ada di jembatan itu?”
“ledakannya bro, dan mungkin Accretia yang dibunuh sama temen lu itu 1 party sama Accretia lain, jadinya mereka tau kalo lagi ada masalah di situ”
“emmmm….” Gw mengangguk aja
“ay… kamu ga papa kan, sayang?” Tere bertanya dengan sedikit khawatir
“iya gapapa kok, kan ada kamu di sini, jadi sembuh deh, hehe” gw tersenyum lebar ke Tere
Tere mengeluarkan Inannanya untuk menyembuhkan gw, karena Inannanya masih level ucup, agak lama juga untuk menyembuhkan tubuh gw yang terluka parah gini
“nih, Health Potion biar keadaan lu baikan” BabyCurves member gw 1 botol berisi cairan merah, katanya si ini bisa memulihkan luka di tubuh gw.
Gw teguk Potion pemberiannya itu, dan emang bener aja tubuh gw pulih walaupun hanya sedikit, tapi lebih baik, karena gw bisa duduk sekarang.

Malam itu kita bersembunyi di Bengkel Bellato untuk sementara waktu, dengan ditemani api unggun yang dibuat Tere dengan skill Forcenya. Beberapa menit kemudian badan gw mulai membaik dan udah mulai bisa berdiri lagi, tapi Thorn mengisyaratkan kita untuk tetap rendah posisinya, agar tak mudah terlihat oleh Accretia yang sedang patrol mondar-mandir di sekitar situ.

Sebenernya gw masih shock berat karena kejadian tadi, lalu gw bertanya ke Thorn apa yang terjadi setelah gw tak sadarkan diri di jembatan tadi. Dia bilang kalo gw udah hampir jatuh tapi untung aja Tere spawn Paimonnya untuk menyelamatkan gw yang udah ga sadarkan diri. Gw ga tau kalo misalnya Paimon itu ga nyelamatin gw.

Sepanjang malam gw hanya melamun dan duduk bersandar pada salah satu box tua di sana, menjauhkan diri dari mereka bertiga. Tapi ga berapa lama Tere nyamperin gw dan duduk di samping gw, dia menyandarkan kepalanya di bahu gw. Seketika gw pegang tangannya dan gw cium keningnya. Ga berapa lama Tere tertidur di pelukan gw. Mungkin karena tadi gw tidur jadinya sekarang gw terjaga sepanjang malam buat menjaga malaikat gw yang satu ini dalam tidurnya.

Walaupun kata Thorn aman, tapi gw masih was-was jika suatu saat ada serangan tiba-tiba dari Accretia. Mungkin gara-gara hal itu juga gw jadi ga bisa tidur mala mini. Walaupun dingin, Tere membuat gw hangat dengan dia di samping gw saat ini. Sesekali gw kecup keningnya dan  gw bisikan “I Love You…” gw yakin dia mendengarnya di dalam mimpinya.

Gw terus terjaga di sepanjang malam, fikiran gw membawa gw kemana pun yang dia mau. Tetapi ada suara langkah kaki yang membelah sunyi malam itu dan menyadarkan gw dari lamunan gw. Gw tetap was-was dan mengambil pedang gw yang ga jauh dari tempat gw untuk berjaga-jaga. Suara langkah kaki itu semakin mendekat dan mendekat, gw bersiap untuk menghabisi siapa saja yang mengganggu teman apalagi Tere yang gw sayangi ini. Ketika gw melihat bayangan dari balik box mulai mendekat….
“Aaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!” teriakan seorang cewek yang ternyata dia adalah Revana.
Gw menghentikan serangan gw dan hampir aja pedang gw ngebelah tubuhnya. Thorn, Baby, dan Tere terbangun karena teriakannya yang membahana.
“ngapain lu di sini?” tanya gw keheranan
“nyariin kalian, aku kan ketua party dan bertanggung jawab atas kalian semua, lalu kalian ngapain di sini?”
“ngumpet…” jawab gw pendek
“ngumpet dari apa? Terus kenapa badan kamu banyak bekas luka?” tanyanya kepo sambil memegang bekas luka di tangan gw
“gapapa kok… gw kira lu itu bangsa lain yang mau ngebunuh kita, hampir aja..”
“siapa juga yang mau bunuh kalian, aku cuma nyari kalian, aku bingung kok kalian ga ada di Terminal daritadi sore, tapi abis liat map, ternyata ada tanda-tanda kalian di sini, jadi ya aku kesini…” jelasnya
“hmmm gitu…”
Tere keliatan cemburut karena ngeliat daritadi Revana megang tangan gw, gw samperin dia dan gw pegang tangannya erat. Revana bergabung dengan Thorn dan BabyCurves, awalnya Reva berniat untuk membunuh Thorn karena tau Thorn itu adalah bangsa Bellato, tapi Baby menjelaskannya dan akhirnya Revana mengurungkan niatnya dan bergabung dengan kita.
“eh, lu bawa Satelite Radar ga?” Thorn bicara ke Reva
“enggak, kenapa emg?”
“ahh… dodol ah, kalo kaya gini gimana kita tau keadaan di luar kaya apa?”
“lah kan gw gatau, tapi by the way…. Kok elu bisa bahasa kita si?”
“gw Wakil Archon Bellato yang di culik oleh makhluk antah berantah, ceritanya panjang, gw lagi males cerita”
“ooohhh…” jawab Reva pendek
“kalo kita di sini terus, yang ada lu ga akan bisa balik Thorn, kita harus keluar” Baby memotong pembicaraan mereka
“bisa kok, tapi kalo sekarang  waktunya ga aman, gw ga mau lu semua yang udah berbaik hati buat gw terbunuh sia-sia di tangan para kaleng itu. Kita bisa keluar, tapi tunggu waktu yang tepat, sekarang bukan waktu yang tepat”
Mereka berdebat sangat seru, Baby sempat marah karena Thorn keras kepala dan ga mau nurutin perintahnya. Tapi akhirnya Baby mengalah juga, mungkin karena dia tau Thorn lebih berpengalaman soal yang begini.

Sepanjang malam mereka bercerita tiada henti, gw dan Tere cuma mendengarkannya, dan terkadang tertawa oleh tingkah si Thorn.

“oke, besok kita akan keluar dari sini, tapi di karenakan jembatan itu hancur, maka kita harus memutar White Hole, dan resikonya juga kalian tau sendiri kan?” Thorn memberikan briefing singkat di malam itu
“gw dapet kabar kalo ada badai besar di jalur menuju Ether, jadi masing-masing pesawat tertahan di markas, Cora, Accretia, dan Bellato sama-sama ga bisa mengirim orang ke Ether untuk sementara waktu” terang Revana
“bagus! Baiklah, jadi kita tak perlu takut banyak bangsa lain. Yang kita harus waspadai adalah bangsa Accretia yang sekarang sedang menetap di Ether. Mereka bisa berada di mana saja, jadi hati-hati dan tetap pasang mata, dan yang terpenting, berhati-hati oleh Trap yang bisa aja disebarkan oleh Accretia…” Thorn melanjutkan briefingnya.
Kita semua cuma ngangguk tanda mengerti.
“oke, kalo semua udah ngerti, beristirahatlah, karena besok kita membutuhkan tubuh yang fit untuk melewati dingit dan mengendap-endap di hawa yang menusuk tulang ini” lanjut Thorn

Tak lama setelah itu, yang lain tidur, hanya gw dan api unggun yang masih menyala di malam menjelang pergantian hari ini. Tere tertidur di pelukan gw lagi, dan seperti biasa gw hanya mengelus kepalanya sepanjang ia tertidur.

“Everytime you touch me, I’ve become a hero. I’ll make you safe no matter where you are”

No comments:

Post a Comment