BAB I
INTELEGENSI DAN KEMAMPUAN
A.
PENGERTIAN
Perkataan intelegensi berasal dari bahasa latin
Intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain.
Pengertian
intelegensi adalah kemampuan yang dibawa atau ada sejak lahir yang dapat
memungkinkan manusia atau seseorang itu berbuat seseuatu dengan cara-cara
tertentu.
Menurut
W. Stern, intelegensi adalah kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri
dengan cepat dan tepat dalam situasi yang baru. Menurut V. Hees intelegensi
ialah sifat kecerdasan jiwa.
Vernon
(1960) berusaha membuat kompromi pandangan yang berbeda-beda mengenai
intelegensi, dan merumuskan sebagai kemampuan untuk melihat hubungan yang
relevan diantara objek –objek atau gagasan-gagasan, serta kemampuan untuk
memerapkan hubungan-hubungan ini kedalam situasi-situasi baru yang serupa.
Menurut
hasilnya intelegensi dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Intelegensi
praktis ialah intelegensi untuk mengatasi sesuatu situasi yang sulit dalam
suatu kerja, yang berlangsung secara cepat dan tepat
2. Intelegensi
teoritis ialah intelegensi untuk dapat mendapatkan suatu pikiran penyelesaian
soal atau masalah dengaN cepat dan tepat.
Dengan melihat beberapa pengertian, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Macam-macam
daya jiwa yang erat bersangkutan didalamnya terdapat :
a. Ingatan
ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan.
b. Fantasi
ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau banyangan baru.
c. Perasaan
ialah keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang
atau tidak senang.
d. Perhatian
ialah keaktifan jiwa yang diarahkan pada suatu objek, baik di dalam maupun di
luar dirinya.
e. Minat
ialah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh.
2. Intelegensi
hanya dapat diketahui dari tingkah laku atau perbuatan yang tampak.
3. Manusia
di dalam kehidupannya dapatlah menentukan tujuan-tujuan dan dapat memikirkan
bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
4. Intelegensi
tidak dapat dipengaruhi oleh kemampuan yang ada semenjak lahir saja, tetapi
dipengaruhi juga oleh lingkungan dan pendidikan dimana seseorang itu tinggal
atau berada.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi intelegensi
sesorang, sehingga terdapat perbedaan intelegensi seseorang dengan yang lain,
yaitu :
a. Faktor
pembawaan, di tentukan oleh sifat-sifat yang dibawa sejak lahir. Setiap manusia
mempunyai sifat yang berbeda dan kemampuan yang berbeda satu sama lainnya.
b. Faktor
kematangan, Fisik dan psikis seseorang sangat menentukan dalam menjalankan
fungsinya masing-masing
c. Faktor
minat, dapat memberikan dorongan bagi perbuatan itu.
d. Faktor
pembentukan, segala keadaan diluar seseorang baik disengaja atau tidak yang
dapat mempengaruhi intelegensi.
e. Kebebasan,
manusia dapat memilih cara-cara tertentu untuk memecahkan masalah sesuai dengan
kebutuhannya.
Masing-masing individu berbeda segi
intelegensinya, karena berbeda intelegensinya maka setiap individu yang satu
berbeda kemampuannya dengan individu yang lain. Jenis-jenis intelegensi terdiri
dari :
1. Very
superior : 120 - 139
2. Cerdas
superior : 110 - 119
3. Sedang : 90 - 109
4. Bodoh : 80 - 89
5. Pada
batas debil : 70 - 79
6. Ambisil : 50 - 49
7. Idiot : 30 - 49
Pendapat tentang intelegensi dapat
dikembangkan atau tidak, ada dua pendapat yang berbeda dari para ahli, yaitu :
1. Menurut W. Stern dan Binet, intelegensi tidak dapat
dikembangkan
2. Menurut
Prof. Kohnstamm, berpendapat bahwa intelegensi itu dapat dikembangkan. Tetapi
harus memenuhi syarat-syarat tertentu, dan mengenai segi kwalitasnya saja,
yaitu :
a. Pengembangannya
hanya sampai batas kemampuannya saja. Pengembangan tidak dapat melebihi batas.
Setiap orang mempunyai batas-batas yang berlainan.
b. Terbatas
juga kepada mutu intelegensi. Artinya seseorang tidak akan selesai mengerjakan
sesuatu diatas mutu intelegensinya.
Perkembangan
intelegensi bergantung pula pada cara berfikir yang metodis.
BAB
II
SIKAP
Sikap
atau attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang atau suatu
kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu sesuai dengan perangsang atau
situasi yang ada. Sikap merupakan suatu yang dipelajari, dan sikap menentukan
bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari
individu dalam kehidupan.
Sikap selalu
berkenaan dengan suatu objek dan sikap terhadap objek ini disertai dengan
perasan positif atau negative. Bila berdasarkan informasi itu timbul perasaan positif
atau negative terhadap objek dan menimbulkan kecenderungan untuk bertingkah
laku tertentu, terjadilah sikap.
Triandis (1971) mendefinisikan sikap sebagai berikut :
“An
attitude is an idea charged with emotion which predisposes a class of actions
to a particular class of social situations”. Sikap adalah suatu ide yang diisi dengan emosi yang menjadi predisposisi kelas tindakan untuk kelas tertentu dari situasi sosial.
A.
TERBENTUKNYA
SIKAP
Sikap
terbentuk melalui berbagai macam cara, antara lain :
1. Melalui
pengalaman berulang-ulang atau dapat pula melalui suatu pengalaman yang
disertai perasaan yang mendalam.
2. Melalui
imitasi), peniruan dapat terjadi tanpa disengaja dapat pula dengan sengaja.
Peniruan akan terjadi lebih lancar bila dilakukan secara kolektif daripada
perorangan.
3. Melalui
sugesti, disini seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu
alasan dan pemikiran yang jelas, tetapi semata-mata karena pengaruh yang datang
dari seseorang atau suatu yang mempunyai wibawa dalam pandangannya.
4. Melalui
indentifikasi, cara ini seseorang meniru orang lain atau suatu organisasi
tertentu didasari suatu keterikatan emosional sifatnya, meniru dalam hal ini
lebih banyak dalam arti berusaha menyamai. Indentifikasi ini sering terjadi
antara anak dengan ayahnya, siswa dengan gurunya.
Hal-hal
yang memegang peran penting di dalam sikap :
a. Faktor
perasaan atau emosi
b. Reaksi
atau respon
Setiap
individu mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu rangsangan, ini
disebabkan adanya beberapa faktor yang ada pada individu masing-masing seperti,
perbedaan bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, perasaan, dan situasi
lingkungan.
Menurut
Albert Ellis ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan
sikap diantaranya:
·
Kematangan
·
Keadaan fisik
·
Pengaruh keluarga
·
Lingkungan ( di sekolah maupun di rumah )
·
Guru
·
Kurikulum sekolah
·
Cara-cara guru mengajar
·
Televisi, bioskop atau internet
B.
METODE
YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGUBAH SIKAP
Meskipun terdapat banyak faktor yang menyebabkan sikap
cenderung bertahan, namun dalam kenyataannya tetap terjadi perubahan-perubahan
sikap sebagaimana yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
Ada
beberapa metode yang dipergunakan untuk mengubah sikap, antara lain :
1. Dengan
mengubah komponen kognitif dari sikap yang bersangkutan. Caranya dengan member
informasi-informasi baru mengenai objek sikap, sehingga komponen kognitif
menjadi luas. Hal ini akhirnya diharapkan akan merangsang komponen afektif dan
komponen tingkah lakunya.
2. Dengan
cara mengadakan kontak langsung dengan objek sikap. Dalam acara ini paling
sedikit akan merangsang orang-orang yang bersikap anti untuk berpikir lebih
jauh tentang objek sikap yang tidak
mereka senangi itu
Dengan memaksa orang
menampilkan tingkah laku-tingkah laku baru yang tidak konsisten dengan
sikap-sikap yang sudah ada. Kadang-kadang ini dapat dilakukan melalui kekuatan
hokum. Dalam hal ini kita berusaha langsung mengubah komponen tingkah lakunya.
No comments:
Post a Comment