[FanFict RF
Online] History To Get Victory! – Till Death Do Us Part
Gw terjatuh dan melihat sesosok mahkluk besar dibalut baju
baja, dan bermata merah menyala, menghampiri gw dengan membawa sebuah pedang
berwarna yang di selimuti api biru…
“you’ll die, son of bitch!!!!”
Dia bersiap menghunuskan pedangnya
ke arah gw, gw ga bisa berbuat apa-apa. Gw hanya memejamkan mata…..
“TRANNGGGGG!!!!”
Terlihat sosok ayah gw yang berdiri
di depan gw. Dia menggunakan tubuhnya untuk menghalau serangan makhluk itu.
Tubuhnya terluka parah, darahnya menetes sampai ke muka gw. Dia tersenyum ke
arah gw….
“HAAAAAAAAAAAAA!!!!!”
Gw terbangun lagi dari mimpi buruk yang kesekian kali tentang orang tua
gw. Tapi kali ini Tere ga ikut terbangun, dia masih tidur pulas dengan wajah
unyu-nya. Gw kecup pipinya, dan gw tidur kembali.
Suara kokokan Flem udah terdengar di seluruh daratan cora, menandakan
pagi kembali. Gw terbangun dan sadar Tere udah ga di samping gw lagi. Terlihat
sinar matahari masuk dari jendela, terhalang oleh tubuh seseorang dan membuat
siluet, dan itu adalah Tere.
Gw samperin dia…
“hmmm morning sayang…” kata gw sambil memeluknya dari belakang
“hehe kamu udah bangun, morning juga kebooo…”
“kamu kenapa? bengong aja pagi-pagi?”
“gapapa, cuma kangen rumah aja”
“ooo… mau pulang?”
“iya.. tapi….”
“tapi kenapa?”
“papa…”
Selama ini memang ayah Tere ga ngizinin dia buat masuk akademi dan jadi
prajurit Cora. Maka dari itu Tere kabur dari rumah.
“yaudah, besok aku anter kamu pulang ya…”
“hah? Ga usah deh, aku takut nanti kamu kenapa-kenapa”
“udah gapapa… jangan menghindar, kamu harus hadapi ini semua… kan ada aku
selalu di samping kamu”
“hmmm… gimana ya…” Tere keliatan kebingungan
Gw eratkan pelukan gw di tubuhnya…
“iyaudah, tapi bener ya kamu temenin?”
“iya aku temenin” gw meyakinkan dia sambil tersenyum
Kita menikmati pemandangan pagi dari ‘view’ jendela. “hmmmm indah… seperti
bidadari yang gw peluk pagi ini” hati gw bergumam.
“aku sayang kamu” gw bisikan ke telinganya
Dia cuma bales dengan senyuman sambil natap gw.
“eiya, masak yuk, aku laper… kamu juga kan belum sarapan” Tere sedikit spontan
dan mengagetkan gw
“yaudah yuk…”
Hari itu kita ga jalanin misi, Tere lagi ga mood katanya. Kita cuma di
rumah sepanjang hari dan sedikit beres-beres berdua.
Esoknya gw mau nemenin Tere ke rumahnya. Dia keliatan agak gugup karena
mau berhadapan dengan orang tuanya yang udah lama dia tinggal.
“yuk berangkat…” ajak gw
“hmmm” Tere menjawab dengan sedikit mengangguk
Kita langsung menuju ke rumah Tere. Dalam perjalanan dia cuma menundukan
kepala dan berjalan pelan. Tapi gw terus menyemangatinya. Tapi keliatan dia
gugup, apalagi ngadepin ayahnya yang secara terang-terangan ga setuju dia jadi
seorang prajurit Cora. Gw eratkan pegangan tangan gw untuk sedikit mengurangi
ketegangannya.
“udah sampe…” kata Tere dengan nada lemas
Rumahnya sederhana, dan ga terlalu besar, tapi tamannya lumayan luas. Di depan
rumah terlihat seorang ibu sedang menyiram tanaman.
“mamaaaaa……..” teriak Tere ke ibu tersebut
“Theresiaaaaaa….” Ibu tersebut menghampiri Tere
Ketika bertemu, mereka berpelukan melepas rindu. Ternyata dia adalah
ibunya Tere. Lumayan cantik, hanya aja wajahnya sudah berkerut, tapi tetap
mempunyai pesona… “keturunan ternyata cantiknya” hati gw dengan nakalnya bergumam
“ma, kenalin ini Bima. Dia yang ngurusin aku selama aku ga di sini…”
“Bima…” gw mengenalkan diri sambil menjulurkan tangan
“Jaquine…” ibunya Tere menyambut uluran tangan gw
“what? Jaquine? Stellar terkenal
itu? Yang bisa menghindari serangan 10 Striker Accretia itu? Dia di depan gw
sekarang….” Hati gw ga percaya gw bisa berada dan berjabat tangan dengan
salah satu legenda Cora.
“masuk dulu yuk, kita semua udah kangen lho ama kamu, uuuhhh… anak mama
yang paling cantik… tambah kurus kamu sekarang, ihhh sexy deh…”
“iya mah, hehehe”
Sepanjang jalan menuju rumah mereka melepas rindu. Dan gw cuma jadi
penonton setia di belakang mereka.
“kalian duduk dulu ya… mama mau bikin minuman dan mau manggil papa
sekalian”
“iya…” jawab kita serempak
Tere semakin tegang karena akan bertemu ayahnya. Tapi gw terus
menyemangatinya…
Ga lama keluarlah seorang pria tinggi dan berbadan besar, rambutnya
berwarna putih, dan jenggot berwarna putih dan agak panjang.
“pa…” Tere menghampiri pria tersebut, dan langsung memeluknya sambil
menangis
Pria tersebut hanya terdiam membeku berdiri. Tangisan Tere udah membasahi
bajunya. Gw cuma bisa ngeliat Tere menangis, tanpa berbuat banyak, karena gw
tau tempat.
Lama kelamaan pria itu luluh juga, dia memeluk Tere, dan menangis lumayan
kencang. Air matanya jatuh dengan deras seperti air terjun dibelakang markas
Cora. Dia ga ngucapin sepatah katapun, hanya memgang wajah Tere, dan tersenyum,
lalu memeluk Tere kembali.
“Theresiaa……… coba sini bantu mama…” terdengar teriakan mama Tere yang
memanggil Tere
“iya maaa…..” Tere menjawabnya dengan teriakan yang lumayan keras
“paa… Bimm… aku tinggal dulu ya sebentar….” Lanjut Tere sambil ninggalin
kita berdua di ruang tamu
“Leon…” ayahnya Tere mengulurkan tangannya
“Bima…” gw menyambut jabatan tangannya
“silahkan duduk…”
“hehe iya om… om itu bukannya Templar yang terkenal itu kan?”
“hahaha, udahlah. Itu kan 20 tahun yang lalu, saat om masih segar bugar. Sekarang
kan cuma jadi pensiunan prajurit Cora aja… oh iya, kamu pacarnya Theresia?”
“iya om…”
“wahahaha, hebat… apa kamu prajurit Cora juga?”
“iya om, dan saya sekarang adalah seorang Knight”
“hmmm…..” ayahnya Tere tertunduk lesu
“ada yang salah ya om sama prajurit Cora?”
“bukan gitu, tapi…. dulu om punya seorang anak laki-laki, dia adalah
kakaknya dari Tere. Dia seorang prajurit yang hebat, dia adalah seorang
Templar, sama seperti om. Dia pernah menghancurkan MAU merah Bellato sendirian.
Tapi pada saat War 10 tahun lalu, ketika War telah usai, dia tidak kembali, dan
tak ada kabar darinya. Tetapi, ketika War selanjutnya di mulai, ada seseorang
yang menemukan jasadnya. Dia telah meninggal...” ayah Tere bercerita tentang
anaknya yang meninggal secara tragis
“ITU MENGAPA THERESIA TIDAK BOLEH MENJADI SEORANG PRAJURIT!!!!” lanjutnya
sambil berteriak dan langsung mengeluarkan air mata
Gw hanya terdiam dan tertunduk, speechless. Ayah Tere sangat kehilangan,
dan dia ga mau itu terjadi ke putrid satu-satunya.
“om… saya akan jaga Tere dengan semua kemampuan yang saya punya. Saya akan
menjaganya walaupun harus mengorbankan diri saya sekalipun…” gw meyakinkan
ayahnya Tere, bahwa gw akan menjaga Tere dengan semua yang gw punya
“……..” ayahnya Tere masih tertunduk menangis
“percayakan kepada saya om… saya janji kan menjaganya… saya mencintainya,
dan berniat untuk menikahinya dalam waktu dekat…”
“apa kamu yakin kamu bisa?”
“saya yakin om… sangat-sangat yakin”
“hmmmmm baiklah nak, tapi kamu harus melewati beberapa test agar aku
lebih yakin lagi”
“baiklah om, apapun itu, saya akan menyanggupinya” jawab gw dengan tegas
“hahaha, aku senang melihat semangat anak muda seperti mu, baiknya sekarang
kita latihan dasar-dasarnya terlebih dahulu” ayahnya Tere mulai kembali bisa
tertawa
“sekarang om?”
“iya, siap tidak siap kau harus menerimanya”
“baik lah”
Gw langsung memulai latihan di halaman depan rumahnya Tere. Ayahnya Tere
mengajari gw beberapa teknik dasar menjadi seorang Champion, karena ini cikal
bakal Templar katanya. Ya walaupun gw seorang Knight ya notabennya bertahan,
tapi menurut gw latihan ini akan bagus buat gw kedepannya.
Gw diajarkan untuk meningkatkan kekuatan serangan, karena ini adalah
dasar dari semua teknik. Yang gw harus lakuin adalah mengumpulkan semua emosi
yang gw punya pada satu titik, dan mengeluarkannya dalam bentuk kekuatan. Jujur
ini sangat sulit, karena bertentangan dengan class yang gw pilih. Tapi gw ga
menyerah, akhirnya gw bisa hanya dalam beberapa kali mencoba. Cukup melelahkan
ternyata menjadi seorang Champion saja, gimana nanti diajarin jadi Templar? Pasti
lelah pake banget.
“hahaha, kau cukup baik, tapi masih banyak kesalahan. Kau belajar dengan
cepat ternyata…” puji ayahnya Tere
“haha om, biasa aja”
“lebih baik kita istirahat dulu, kamu keliatan udah capek dulu”
“Bimmmmm…. Paaaaaa……. Makanannya udah siap…..” teriak Tere dari teras
rumah
Sehabis latian kita makan bersama di meja makan, gw, Tere, dan dua orang
calon mertua. Hati gw gembira banget saat itu. Ayah Tere bercerita tentang
saat dia menjadi prajurit Cora dulu. Dari mulai seorang anak yang cupu yang
berlatih sendiri, sampai dengan lulus dari akademi dengan nilai sempurna, dan
menjadi prajurit Cora paling di segani. Kita juga berbicara tentang rencana
pernikahan gw dan Tere.
Selesai makan kita masih asik bercerita tentang kisah cinta ayah dan ibu
Tere. Dari mulai pertama bertemu hingga sekarang, dan ga jarang ayah Tere
menggoda istrinya itu. Ibu Tere hanya tersipu malu saat digoda.
Lama kita bersenda gurau, gw memutuskan untuk pulang, karena hari udah
mau malam juga. Tere ikut dengan gw pulang. Sebelum pergi ayahnya Tere
menitipkan sesuatu ke gw…
“ini… pakailah… ini akan menjagamu dalam pertarungan…” dia memberikan sebuah
cincin biru yang menyala ketika gw pakai dan sekilas motifnya mirip kalung yang
gw berikan ke Tere.
“dan jaga Theresia… jaga dengan segenap kekuatanmu… aku percayakan dia
kepadamu, anak muda” lanjut ayahnya Tere
“baiklah om”
Abis itu kita pamit pulang, Tere keliatan senang banget abis ketemu
keluarganya yang udah lama dia ga temuin. Disitu gw bercerita banyak tentang
apa aja yang gw lakukan hari ini dengan ayahnya Tere. Dia keliatan seneng
banget.
Sampai rumah kita langsung makan malam, dan setelah itu langsung tidur.
Seperti biasa Tere berbaring di samping gw.
“aku denger tadi waktu papa teriak…” kata Tere pelan
“hmmm? Yang mana?”
“yang dia bilang kalo aku ga disetujuin jadi prajurit Cora”
“ooo yang itu… dia punya alasan sendiri, dan menurutku alasannya cukup
baik, dulu kamu punya kakak kan?”
“iya… tapi dia udah meninggal dalam War”
“itu dia yang membuat ayah kamu takut”
“maksudnya?”
“dia ga mau kamu meninggal dalam medan perang, karena kamulah salah satu
hal yang berharga yang dia punya”
“…….. jadi selama ini… aku salah sangka….” Tere mengeluarkan air mata
“kamu ga salah kok, ga ada yang perlu di salahkan di sini
Tere menangis semakin kencang, gw peluk dia. Agak lama dia menangis,
sampai akhirnya tertidur dalam pelukan gw, gw kecup keningnya, dan gw elus
rambutnya dengan halus. Ga lama gw tertidur juga.
“I will protect you, save you, and
love you, till death do us part”
No comments:
Post a Comment